Selasa, 03 Mei 2011

Rules and the Breaker


Hidup kita selalu didampingi oleh suatu tatanan hukum yang disebut dengan Rules atau Peraturan. Ada yang tertulis seperti hukum negara, undang-undang dan lainnya, namun ada juga yang tidak tertulis , misalnya tata krama, adab , dan sebagainya. Menurut saya, keberadaan peraturan dalam hidup kita adalah sebuah keharusan untuk menciptakan hidup yang lebih teratur dan baik. Namun ada beberapa orang yang meyakini bahwa peraturan dibuat untuk dilanggar. Ya, mereka adalah orang-orang yang akan saya sebut sebagai “the breaker”.
Bagi saya, ada 2 tipe dalam golongan “the breaker”. Yang pertama adalah para pelaku yang memang tidak setuju dan memiliki pendapat yang bertentangan dengan peraturan yang ada, misalnya seperti peraturan yang melarang para perokok untuk merokok di tempat umum . Mereka tidak setuju dengan peraturan tersebut karena mereka merasa bahwa asap rokoknya tidak mengganggu orang lain sehingga mereka dengan tenang akan melanggar peraturan yang ada yaitu tetap merokok di tempat umum. Untuk tipe pelanggar macam ini, saya masih lebih bisa memaklumi perilaku mereka karena yang menjadi masalah adalah pemahamannya. Mereka adalah orang yang belum paham, jadi yang harus dilakukan adalah memberikan pemahaman lebih kepada mereka sampai mereka memahami maksud dari peraturan tersebut. Namun, sayangnya orang-orang tipe pertama ini biasanya tidak mengungkapkan ke-tidak setuju-an nya terhadap peraturan yang ada, sehingga mereka pun tidak mendapatkan penjelasan dari pihak pembuat peraturan.
Ada lagi satu tipe yang menurut saya lebih parah dibandingkan yang pertama, yaitu para pelaku yang sebenarnya sudah paham maksud dari peraturan yang dibuat dan setuju dengan adanya peraturan tersebut namun tidak mau melakukannya karena mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Misalnya adalah peraturan yang melarang masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan. “The Breaker” ini mengetahui dampak yang akan terjadi jika mereka masih membuang sampah sembarangan, namun karena hati dan pikirannya dimenangkan oleh egoisme diri sendiri , misalnya kemalasan, akhinya mereka telah menjadi “the breaker” yang menurut saya lebih merugikan. Mereka adalah orang yang paham namun pura-pura tidak paham atau sudah paham namun tidak sadar atau yang lebih parah, mereka adalah orang yang paham, sadar namun tidak mau. Biasanya mereka adalah orang-orang yang lebih sulit untuk ditangani karena kekuatan egoisme yang ada dalam diri mereka. Satu-satunya cara yang mungkin dilakukan adalah dengan memberikan tekanan lebih kepada mereka atau dengan sistem imbalan yang disebut reward and punishment.
Sampai saat ini, saya masih sering menemukan 2 tipe “the breaker” ini. Dalam bahasa mudahnya tipe pertama adalah orang yang tidak tahu dan tipe kedua adalah orang yang tidak mau. Tipe kedualah yang lebih sering membuat saya terheran-heran dengan perilaku “breaking the rules” yang mereka lakukan dengan bangga, santai dan dengan wajah “innocent”. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita dalam menghadapi tipe kedua ini dan semoga Allah segera memberikan penyadaran kepada mereka. Amin...
Allah telah menciptakan dunia ini dengan segala keteraturannya. Sebagai makhluk ciptaanNya, bukankah kita seharusnya juga menjadi pribadi yang taat peraturan?

Tidak ada komentar: