Senin, 28 Desember 2009

How precious our Earth is!

Sejauh mata memandang, hanya keindahan yang terpapar di atas bumi kita yang tercinta. Deburan ombak di tepi pantai saat matahari mulai terbenam telah menggambarkan keindahan lukisanNya.


Langit biru yang begitu luas dengan gumpalan awan putih , siap menghantarkan air hujan demi berlangsungnya kehidupan mahkluk penghuni bumi. Pegunungan pun berdiri tegak dengan gagahnya di seluruh penjuru bumi ditemani hijaunya hutan belantara dengan bermacam satwa di dalamnya yang turut memeriahkan kehidupan penghuni bumi. Siapakah penghuni bumi itu? Yah, itulah manusia.

Sang penghuni bumi telah memanfaatkan tempat berpijaknya dengan sangat baik, bahkan terkadang menjadi berlebihan. Saat mereka ingin membanggakan kemuliaan dirinya, mulailah dia mengingat semua keindahan bumi tempatnya berpijak. Diungkapkanlah seluruh keindahan bumi ini demi mendapatkan kepuasan dan kebanggaan semata. Sedangkan, ketika mereka membutuhkan sesuatu dari bumi ini, mereka tidak akan timbang-timbang lagi untuk mengambil semua harta kekayaan bumi ini tanpa rasa tanggung jawab.

Pernahkah terbersit dalam pikiran mereka untuk menjaga bumi ini? Pernahkah mereka menyadari bahwa suatu ketika bumi ini pun akan menjadi tua dan tidak mampu lagi memberikan apa yang selalu dimintanya? Sebagian menyatakan iya, namun itu hanya sebagian kecil. Sedangkan sisanya tidak pernah sedikitpun menunjukkan rasa peduli pada tempat berpijaknya selama ini. Yah, begitulah para penghuni bumi, mereka tak ada yang menyadari bahwa bumi yang telah diciptakan oleh Sang Maha Pencipta adalah sebuah tempat yang indah dan sangat berharga.

"Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membinanya Dia meninggikan
bangunannya lalu menyempurnakannya.Dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita dan
menjadikan
siangnya terang benderang, dan bumi sesudah itu dihamparkannya. Ia memancarkan
daripadanya
mata airnya dan menumbuhkan
tumbuh-tumbuhannya, dan gunung-gunung dipancangkannya dengan
teguh Semua itu untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu."

( QS. An-Nazi'at (79) : 27-33 )

Langit yang biru itu kini sudah tidak lagi biru, tapi berubah menghitam legam karena asap-asap busuk yang dikeluarkan oleh besi-besi tinggi bertitelkan industri di kota besar. Air hujan pun kini tidak lagi turun dengan teratur, karena pemanasan global yang diciptakan orang-orang pintar di dunia.Sedangkan gunung itu kini habis karena pasir dan batunya diminta paksa oleh para pebisnis hebat di kota. Terlebih lagi hutan hijau yang sudah hilang dibakar api atau satwa-satwa yang telah dilahap habis oleh ketamakan manusia.

Hai para penghuni bumi! Ingatlah semua firman Allah, Sang Maha Pencipta! Apakah tugas kita di bumi ini? Tentu saja bukan untuk merusaknya atau mengambil semua isinya tanpa sedikit pun ada pemeliharaan terhadapnya.Tugas kita untuk menjadi khalifah di bumi ini. Memanfaatkan isi bumi yang begitu indah ini dengan penuh tanggung jawab. Tapi, sepertinya kata-kata itu sudah dilupakan oleh kebanyakan dari kita. Matanya telah tertutup oleh kepuasan dan kemuliaan dunia semata. Hatinya pun telah pergi dari rasa kemanusiaan.

Lihatlah bumi ini! Sudah tua namun tetap tegar menerima segala keburukan dari manusia. Allah sudah sering mengingatkan manusia melalui bencana alam ini dan itu, tapi lagi-lagi peringatan ini tidak didengar oleh telinga para manusia yang telah tersumbat oleh kesombongan.

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-a’raf [7]: 96)

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali.” (QS. AR-Ruum [30]:41).

Sebelum dia meluapkan segala isinya di hari penentuan yang maha dahsyat itu, kini waktunya bagi kita untuk mengembalikan keindahan bumi yang pernah kita rampas. Walaupun tak akan kembali seperti semula, namun setidaknya janganlah kau menambah sakit bumi ini! Jangan selalu meminta kepada bumi ini, tapi tanyakan dirimu, apa yang telah kau berikan untuk bumi ini? Karena di bumi inilah kita berpijak...

Karena bumi ini begitu berharga!

Rabu, 02 Desember 2009

Jalan setapak itu *part 2*


-->
Cukup lama aku duduk dan menghentikan perjalananku
Ternyata, waktu dan peristiwa tidak membuatku menunggu lebih lama lagi atas jawaban itu
Lagi-lagi, aku dikejutkan olehnya
Jalan yang telah kususun ini sepertinya akan sangat sulit untuk aku lanjutkan
Keadaan di sekitar sudah tidak memungkinkan bagiku untuk tetap bertahan dengan perjalanan itu
Namun, aku tidak ingin menghapus jalan yang telah kususun tadi, aku ingin mengenangnya sebagai salah satu langkahku mencari angan kebahagiaan
Sedihku mengiringi perjalananku menjauhi jalanan itu
Keadaan di sekelilingku menunjukkanku pada sebuah jalan baru yang tertutup oleh banyak semak belukar
Keadaan di balik jalanan itu sama sekali tidak terlihat
Apakah aman? Apakah berduri? Apakah ada ranjaunya?
Bimbang kembali menghampiriku
Aku sudah meninggalkan jalanan yang telah kususun semula, dan kini aku mulai kehilangan arah, akan kemana aku melangkah?
Waktu dan peristiwa memberikanku kesempatan untuk terus berpikir, terus dan terus berpikir...
Dan semakin hari, sekelilingku semakin menunjukkan ku bahwa aku memang harus meninggalkan jalan yang telah kususun dulu
Hari demi hari, aku terus mencari petunjuk untuk mencapai anganku
Kujalani dengan sabar, dimanakah jalanku?
Jalan setapak yang akan membawaku pada bahagia dan keindahan
Bukan pada kesulitan, kesedihan dan keburukan
Bagaimana ini?
Ternyata aku tetap tidak bisa beranjak dari tempatku berdiri saat ini
Aku memang telah pergi dari jalan setapak yang dulu dan aku sudah tahu bahwa aku tidak boleh lagi menoleh ke jalan itu
Aku hanya harus memikirkan , bagaimana jalanku kelak?
Apakah seindah taman bunga dengan harum yang semerbak?
Ataukah berbatu dan membuatku terjatuh berkali-kali untuk mencapai taman bunga itu?
Apapun itu, kuharap itulah yang terbaik dariNya
Namun sempat terbersit di pikiranku
masih ada kemungkinan bahwa yang terbaik adalah kembali ke jalanku yang dulu
Sedihku terus menemaniku selama aku masih berdiri disini
Sedihku karena harus meninggalkan semua jejakku dulu
Sedihku karena aku tak tahu harus bagaimana selanjutnya
Aku yakin, Dia akan menunjukkanku jalan yang tepat diwaktu yang tepat
Entah aku masih harus berdiri di sini untuk terus berpikir
Atau aku harus kembali ke jalan setapakku yang dulu
Atau
Ada sebuah jalan yang memang telah disiapkan untukku menggapai angan itu
Kini, yang dapat kulakukan adalah berdiri dengan sabar menanti jawaban itu dan ikhlas menghadapi semuanya