Rabu, 26 Juni 2013

A Dream Come True.. (part2)


Labbaik Allahuma Labbaik, Labbaika Laa Syarika Lakaa Labbaik, Innal Hamda Wan Ni'mata Laka Wal Mulka Laa Syariikalah..

Ya Allah, akhirnya aku memenuhi panggilanMu untuk melaksanakan umrah. Alhamdulillahirobbil'alamin. Lagi-lagi, Kau memberikanku hadiah berharga di tahun ini. Selama 4 jam perjalanan menuju Mekah, aku berusaha menyiapkan diriku untuk bertemu dengan Ka'bah. Bangunan yang telah dibangun oleh ayahanda Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail berabad-abad lalu. Sebuah pusat kegiatan muslim di dunia yang bahkan pancarannya terlihat dari luar angkasa.

Jam Hijau yang terlihat dari kejauhan
Setelah mengambil miqat di Masjid BirAli, aku sekeluarga sudah siap untuk menjalankan umrah malam ini. Setibanya di Mekah, sebuah jam besar begitu menarik perhatianku. Dia terlihat dari kejauhan karena ukurannya yang sangat besar, berwarna hijau dan ada asmaMu disana. Jam ini terletak di ujung zamzam tower yang berada di halaman Masjidil Haram. Hatiku mulai berdebar. Melihat kemegahan Masjidil Haram dan banyaknya umat muslim disana membuatku semakin mengagumi kebesaranMu, Ya Rabb.

Dengan namaMu Ya Allah, akan ku mulai ibadah umrah malam ini. Masuk ke dalam Masjidil Haram membawa kebahagiaan yang sangat berbeda dengan saat aku memasuki Masjid Nabawi di Madinah. Megah. Bersejarah. Istimewa. Setelah masuk lebih ke dalam lagi, akhirnya aku bertemu dengannya,  Ka'bah. Ya Allah, hati ini terasa hangat. Aku masih belum mempercayainya. Kini, Ka'bah yang besar itu ada di hadapanku. Sebuah bangunan bersejarah yang menjadi saksi perjuangan Rasulullah. Di Ka'bah inilah RasulMu melaksanakan ibadah haji. Ka'bah ini juga yang menjadi saksi atas perlawanan kaum Quraisy kepadanya dan juga saksi atas penaklukan Mekah. Ya Rabb, ku panjatkan doa penuh harap kepadaMu. Ampuni segala dosa dan masukkan kami ke dalam surgaMu. Aamiin. Ya Allah, rumahMu ini tidak pernah sepi. Setiap detiknya selalu ada ratusan hambaMu yang bertawaf dan memanjatkan doa kepadaMu, terkecuali saat shalat berjamaah sedang berlangsung.

Seusai melaksanakan tawaf, aku pun beranjak menuju bukit Safa untuk memulai ibadah sa'i. Berjalan menuju bukit Marwah sambil terus berdzikir dan berdoa kepadaMu mengingatkanku pada perjuangan Bunda Siti Hajar yang terus menerus berlari bolak balik dari bukit Safa ke Marwah sebanyak tujuh kali demi mencari air untuk anaknya tercinta, Nabi Ismail. Tidak terbayangkan betapa berat perjuangan beliau saat itu. Aku yang saat ini menjalani sa'i di dalam ruangan berpendingin, dengan lantai yang bersih dan tidak dalam keadaan menggendong seorang anak bayi saja cukup merasa kelelahan. Bagaimana dengan beliau? Ditinggal seorang diri oleh suami tercinta di gurun pasir yang sangat terik dan harus merawat anaknya yang masih bayi. Semoga Allah merahmatimu, Ya Bunda Siti Hajar. Aamiin. Ibadah kami ditutup dengan bertahalul di Bukit Marwah. Ya Allah, terima kasih atas kesempatan yang tak pernah kubayangkan akan Kau berikan secepat ini kepada hamba, kesempatan untuk melaksanakan umrah dengan keluarga tercinta. Terima Kasih Ya Allah..

Suasana Sa'i 

Allah Yang Maha Pengasih, aku masih memiliki waktu dua hari lagi di tanah haram ini. Aku akan memanfaatkan semaksimal mungkin untuk bisa beribadah di rumahMu. Masjidil Haram selalu dipenuhi oleh hambaMu tanpa henti. Terlebih lagi, ketika waktu Dzuhur dan Maghrib. Suasananya begitu menenteramkan hati. Kami semua memanfaatkan waktu untuk beribadah kepadaMu, memohon ampun kepadaMu, mendekatkan diri kepadaMu dan meminta keridhaanMu, Ya Rabb. Saat menengok ke kanan dan kiri, hanya ada pemandangan hamba-hambaMu yang sedang menjalankan shalat sunnah tahiyatul masjid, shalat sunnah rawatib, berdzikir, tilawah atau khusuk berdoa. Saat adzan berkumandang, semua langkah kaki bergerak menuju rumahMu. Toko-toko hanya ditutup sementara, bahkan beberapa penjual meninggalkan barang dagangannya di atas etalase begitu saja. Suasana yang tidak jauh berbeda dengan Madinah. Begitu pula dengan air zamzam yang mata airnya terletak sangat dekat dari sini, juga selalu tersedia di setiap pojok Masjidil Haram. Ya Rabbi, suara imam yang begitu merdu, banyaknya jamaah dan kemegahan bangunan rumahMu ini selalu membuatku ingin kembali melaksanakan shalat disini, semoga hamba bisa kembali lagi ke sini, Aamiin.

Masjidil Haram di siang dan malam hari

Mekah adalah kota kelahiran RasulMu dan tempat pertama kalinya wahyuMu diturunkan kepadanya. Aku dan keluarga mulai menyusuri titik-titik bersejarah di kota ini. Jabal Rahmah yang merupakan tempat bertemunya Bunda Hawa dengan Nabi Adam setelah diturunkan dari surga olehMu  menjadi tujuan pertama kami.  Di tempat ini, kami semua diingatkan kembali mengenai sejarah nenek moyang kami terdahulu dan bagaimana besarnya usaha yang dilakukan oleh Nabi Adam untuk bisa berkumpul lagi dengan Bunda Hawa. Setelahnya, kami beranjak ke tempat-tempat dilaksanakannya ibadah haji. Kami melihat padang Arafah yang menjadi tempat wukuf dan miniatur dari padang Mahsyar kelak, tenda-tenda di Mina dan juga tempat melemparnya jumrah. Ya Allah Yang Maha Mengabulkan Permohonan, ijinkanlah hamba dan keluarga hamba kelak untuk bisa menjalani rukun islam yang ke lima yaitu menunaikan ibadah haji di tanah haram ini, Aamiin ya Rabbal 'alamin.

Jabal Rahmah

Ribuan tenda di Mina
Menyusuri kota Mekah membuatku kembali mengingat setiap jejak langkah perjuangan RasulMu. Jabal Nur dengan Gua Hira telah menjadi saksi atas sebuah peristiwa utama di saat usia Rasulullah mencapai empat puluh tahun. Malaikat Jibril mendatangi beliau dan menuntun Rasul yang buta huruf  untuk membaca, itulah saat pertama firmanMu turun ke bumi. Gua Tsur juga menjadi saksi atas mukjizatMu. Saat Rasulullah dan sahabatnya, Abu Bakar Ash-Shiddiq , bersembunyi dari kejaran Quraisy, dengan sangat rapi, Kau perintahkan burung dan laba-laba untuk membuat sarang di pintu masuknya sehingga Rasulullah dan Abu Bakar dapat selamat dari kejaran kaum Quraisy yang menyangka bahwa gua tersebut tidak mungkin dimasuki seseorang. Maha Besar KuasaMu ya Rabb. 

Ya Allah, beberapa saat lagi, aku harus meninggalkan kota Mekah ini. Melakukan tawaf wada benar-benar membuatku hatiku sangat sedih. Tidak ingin berpisah. Tidak ingin pergi dari tanah haram penuh berkah ini.  Sungguh perpisahan yang sangat menyedihkan. Akhirnya, aku dan keluarga pun harus melanjutkan ibadah kami di tanah Indonesia dan meninggalkan tanah haram ini untuk sementara. Ya Rabb, ijinkan hamba untuk dapat kembali lagi ke tanah haram ini, ke Masjid ini , ke depan Ka'bah ini bersama keluarga hamba kelak. Kabulkanlah ya Rabb, Aamiin.

Terima kasih ya Rabb, untuk impian yang menjadi nyata. Alhamdulillah.. :")




Kamis, 20 Juni 2013

A Dream Come True...



Assalamualayka ya Rasulullah, ya Habiballah, ya Nabiyallah
Alhamdulillahirobbli'alamin.
Perasaanku sungguh campur aduk saat akhirnya aku menginjakkan kaki di bandara King Abdul Aziz, Jeddah. Akhirnya aku bisa menghirup udara gurun pasir di Saudi Arabia, negara yang penuh dengan sejarah islam, negara yang menjadi saksi perjuanganmu. Walaupun masih harus menempuh waktu 4-5 jam menuju kotamu, aku sudah merasa sangat antusias dengan perjalanan di bus menuju Madinah malam itu. Sambil menyiapkan diri untuk bertemu dengan masjid Nabawi, sepertinya perjalanan udara selama 9 jam itu cukup memberikanku alasan untuk sedikit beristirahat di dalam bus ini.

Ya Rasulullah, tiba-tiba mataku dikejutkan dengan keindahan ciptaanNya. Masjid yang kau bangun di kota Madinah ini begitu memancarkan kecantikannya. Hatiku berdebar, tak sabar rasanya ingin segera masuk dan melaksanakan shalat disana. Alhamdulillah, Ya Habiballah, akhirnya aku dapat merasakan keindahan masjid Nabawi ini dengan lebih dekat, masjid yang menjadi tempat berjuangmu bersama para sahabat dulu. Begitu indah dan cantik. Aku tidak pernah membayangkan betapa luarbiasanya masjid ini. Air zam-zam yang tersedia di setiap pojok masjid ini membuatku tak ingin melewatkan kesempatan untuk selalu meminumnya seusai shalat. Suasana masjid ini begitu menyejukkan. Begitu banyak umatmu yang berbondong-bondong masuk ke dalam masjid saat adzan sudah dikumandangkan. Benar kata orang-orang, di tanah haram ini, saat adzan sudah berkumandang, maka semua akan berjalan menuju asal suara adzan itu. Semua bergerak secara bersama-sama, meninggalkan semua aktivitasnya, meninggalkan barang dagangannya tergeletak di jalanan tanpa ada yang menjaganya. Kami semua ingin memenuhi panggilanNya, kami semua saudara di tanah haram ini, saudara seiman. Betapa bahagia rasanya ketika melihat jamaah yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa, seperti yang telah Allah firmankan dalam AlQur'an, kini berada di satu tempat menjalani shalat yang dipimpin oleh satu imam dengan satu bahasa dan gerakan yang sama. Ya Rasulullah, semakin kurasakan indahnya islam. Terlebih lagi, setiap shalat fardhu selesai dilaksanakan, kami akan melaksanakan shalat ghaib untuk seluruh muslimin dan muslimat yang berpulang kepadaNya di hari itu.

Kecantikan Masjid Nabawi

Kerinduanku padamu semakin memuncak ketika tiba waktunya untuk berziarah ke makammu. Assalamualayka Ya Rasulullah. Akhirnya aku bisa mengunjungi makammu, berada sedekat itu denganmu.  Ya Rasul, memasuki Raudhoh ini memang membutuhkan kesabaran, tapi tentu tidak akan sebanding dengan kesabaranmu dan para sahabat terdahulu. Sebuah taman surga yang terletak di antara rumahmu dan mimbarmu ini menjadi tempat yang dirindukan oleh seluruh umatmu. Kupanjatkan doa penuh harap kepadaNya dengan sepenuh hati. Kerinduan yang telah lama hadir kini terjawab dengan airmata. Berada begitu dekat denganmu membuat tubuhku bergetar dan hatiku tak hentinya merasakan karunia yang begitu besar. Aku ingin berada disini lebih lama. Ya Rasul, semoga aku bisa bertemu langsung denganmu di surgaNya nanti. Ya Allah, kabulkanlah, aamiin. 

Kerinduanku kepada para sahabatmu pun terbayar sudah di sini. Assalamualayka Ya Khalifatu Rasulillah, Abu Bakar Ash-Shiddiq. Assalamualayka Ya Amirul mukminin, Umar Bin Khattab. Seketika itu juga, aku teringat bagaimana perjuangan kedua sahabat dalam membantu perjuanganmu dulu Ya Rasul. Betapa besar kekuatan cinta seorang Abu Bakar kepadamu yang membuatnya mampu menahan rasa sakit akibat gigitan hewan di dalam gua Tsur saat masa awal hijrahmu. Betapa besarnya juga cinta Umar kepadamu sampai saat berita kematianmu menyebar, beliau tidak mampu menerimanya dan malah ingin membunuh siapapun yang mengatakan bahwa dirimu telah kembali kepadaNya. Sungguh bahagia hati ini karena akhirnya aku bisa mengunjungi makam kedua sahabat terbaikmu itu. Alhamdulillah.

Ya Rasulullah, Madinah adalah kota yang sangat menyenangkan. Tata kota yang rapi, keramahan penduduknya dan kehangatan suasananya membuatku betah berada disini. Aku tidak menemukan satupun keburukan di kota ini, semua warganya menjalani kehidupan yang begitu tenang. Kami saling menebar salam di mana pun kami berada, saat memasuki lift, bertemu di depan masjid atau di mana saja. Waktuku yang hanya dua hari di kota Madinah ini membuatku ingin memanfaatkan semaksimal mungkin kesempatan yang ada untuk melihat semua hal yang berhubungan dengan kehidupanmu dulu, Ya Rasul. Di dekat Masjid Nabawi, aku berkesempatan untuk berziarah ke Pemakaman Baqi, tempat dikuburnya semua keluargamu kecuali bunda Khadijah dan juga beberapa sahabat yang selalu menyertai perjuanganmu dulu. Assalamualaykum ya Ahlul Baqii. 

Pemakaman Baqi 
Alhamdulillah, aku juga sempat singgah sebentar di Masjid Quba, masjid pertama yang kau bangun di kota ini dan juga Masjid Qiblatain yang menjadi tempat berubahnya arah kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram setelah kau mendapatkan perintahnya dari Allah. Perjalananku melihat gunung Uhud membuatku teringat akan pamanmu tercinta, Hamzah bin Abdul Muthalib. Sang singa padang pasir yang menyerahkan seluruh jiwa dan raganya untuk membelamu itu kini dimakamkan di dekat Bukit Uhud. Kematiannya di perang uhud adalah kehilangan besar seluruh umat muslim dan kesedihan mendalam bagimu. Assalamualayka ya Hamzah.
Masjid Quba
Jabal Uhud dan Makam Syuhada Uhud
 Ya Rasul Allah, sepertinya waktuku di kota ini tidak lama, karena aku harus beranjak ke kota kelahiranmu untuk melaksanakan tujuan utamaku. Aku mohon pamit dari kotamu ini, Ya Rasul. Berat rasanya meninggalkan kota ini. Kota yang telah membuatku merindukannya bahkan sebelum aku pernah berada disana. Sampai jumpa Madinah, semoga aku bisa kembali lagi ke kota ini untuk merasakan lagi ketenangan, keindahan, ketenteraman dan kebahagiaan yang pernah kudapatkan disini. Aamiin.

Terima kasih atas mimpi yang menjadi nyata ini Ya Allah.. :")