Sabtu, 21 April 2012

Sekolah lagi..

"Selesai sarjana, mau kerja dimana? "
" Rencananya mau lanjut sekolah lagi, S2 di luar negeri"

Jujur, saya merinding setiap mendapatkan jawaban seperti itu dari teman-teman saya. Subhanallah, betapa besar keinginan mereka untuk terus belajar. Kekaguman saya langsung muncul seketika. Mereka masih haus akan ilmu dan akan berjuang untuk mendapatkannya. Sedangkan, saya sendiri masih berkutat dengan dunia per-koas-an yang masih perlu tenaga dan tekad kuat untuk menyelesaikannya. 

Sebuah hadits menggambarkan dengan jelas, betapa istimewanya orang-orang yang haus akan ilmu. Rasulullah bersabda bahwa mencari ilmu pengetahuan adalah jalan menuju surga. Dia mengatakan 'Barangsiapa yang mengikuti jalan untuk mencari pengetahuan, maka Allah akan memudahkan jalan baginya untuk mencapai surga' (Al-bukhari)

Dalam dunia profesi yang saya jalani, sekolah yang mungkin akan diambil setelah lulus menjadi seorang dokter gigi adalah melanjutkan ke pendidikan spesialis, walaupun ada beberapa senior saya yang lebih memilih untuk melanjutkan sekolah S2. Sejak awal saya menginjakkan kaki di fakultas kedokteran gigi, saya tertarik dengan bidang bedah mulut. Tapi, karena pertimbangan waktu sekolah yang cukup lama dan beberapa alasan lainnya, akhirnya saya mundur teratur dari keinginan saya menjadi seorang spesialis bedah mulut. Menjalani stase demi stase, saya pun mulai memiliki ketertarikan kepada bidang lain. Tapi, keinginan saya untuk mengambil pendidikan spesialis masih belum kuat, karena faktor waktu sekolah dan biaya yang cukup besar untuk dikeluarkan. 

Di satu sisi, saya memang memiliki keinginan untuk menuntut ilmu lagi sehingga bisa memberikan manfaat yang lebih banyak kepada masyarakat seperti yang saya lihat dari para doktor dan profesor yang ada di kampus saya. Tapi, di sisi lain, ada sebuah pemikiran dari dalam hati, bahwa kelak, saya bukanlah seseorang yang hanya memikirkan tentang pencapaian diri saya sendiri. 

Apapun yang akan terjadi nanti, sebagai seorang dokter gigi umum, dokter gigi spesialis, doktor ataupun profesor, insya Allah, saya akan terus belajar dan belajar ( formal atau informal ) untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat. Insya Allah. Aamiin.. 



Minggu, 08 April 2012

Pendidikan dokter/dokter gigi

"Kamu tidak perlu mempelajari sampai sejauh itu, itu bagiannya spesialis."
"Kamu tidak boleh mengerjakan kasus itu, itu sulit."

Kalimat-kalimat di atas cukup sering saya dengar dari dosen-dosen pengajar pendidikan dokter/dokter gigi, baik secara langsung maupun dari cerita-cerita yang disampaikan teman atau senior. Saya tidak menyalahkan cara mereka mendidik kami, tapi sepertinya ada yang salah dari kalimat di atas.

Bagi saya, pengetahuan adalah sesuatu yang sangat berharga dan tidak ada batasan bagi siapapun untuk bisa mendapatkannya dengan sebanyak-banyaknya. Seorang anak kecil usia 3 tahun tidak pernah dilarang untuk mulai mempelajari cara bermain piano dengan alasan terlalu muda. Apakah nantinya anak itu bisa bermain piano atau tidak, itu adalah hal yang berbeda. Begitu pula dengan ilmu-ilmu dalam bidang kedokteran/kedokteran gigi.

Dalam pelaksanaannya, para GP ( General Practicioner ) atau dokter/dokter gigi umum memang hanya boleh melakukan sebuah perawatan yang dirasa mampu untuk dilakukan, tapi dalam hal mendapatkan pengetahuan yang lebih, menurut saya, siapapun boleh berusaha mendapatkannya baik dalam seminar ataupun pengajaran informal.


" Kasus ini memang sulit, oleh karena itu, kamu harus lebih berhati-hati dan belajar lebih banyak lagi"
"Sebenarnya kalian tidak perlu mempelajari sampai sejauh ini, tapi sebagai tambahan ilmu, kalian boleh mempelajarinya"

Hanya sedikit sekali dari para pengajar yang akan mengatakan kalimat di atas. Mereka adalah pengajar yang dengan senang hati memberikan tambahan ilmu kepada muridnya. Ilmu yang tidak akan ditemukan di textbook atau jurnal manapun. Ilmu yang membuat muridnya menjadi percaya diri dan merasa siap untuk terjun ke masyarakat. Pengajar inilah yang selalu mengatakan bahwa mereka masih bodoh, sehingga mereka masih terus belajar. Merekalah yang membuat murid-muridnya tidak merasa takut melainkan segan dan hormat. Alasan mereka mengajar bukanlah untuk kebanggaan bahwa mereka adalah seorang ahli / profesor yang belum dapat ditandingi kemampuannya , tapi sebuahkebanggaan bahwa murid-muridnya kelak bisa lebih baik dari mereka.

Seorang teman mengatakan kepadaku bahwa dokter dan guru adalah dua pekerjaan yang paling mulia. Jika ada seorang dokter yang juga menjadi guru, maka seharusnya dia menjadi orang yang sangat mulia. Tapi, kemuliaan memang tidak bisa ditemukan dengan mudah. Kemuliaan itu hanya akan ditemukan pada seorang dokter yang mengajarkan murid-muridnya dengan ketulusan hati.

Untuk para dosen yang telah mengajarkan saya dengan sabar dan tulus, Terima Kasih, Dok!!