Kamis, 29 November 2012

Jaga kesehatan gigi dan mulut yuk!

DHE ( Dental Health Education) adalah pendidikan mengenai kesehatan gigi dan mulut yang selalu diberikan dokter gigi kepada pasiennya di  awal perawatan. Hal ini dilakukan karena menurut seorang ahli kesehatan masyarakat, perilaku pasien sangat mempengaruhi tingkat kesehatannya dan pengetahuan pasien cukup mempengaruhi perilakunya. Setelah beberapa kali melayani konsultasi gratis mengenai kesehatan gigi mulut dengan teman-teman non fkg, rasa-rasanya kurang afdhol, kalau saya, sebagai mahasiswa koas fkg yang sudah beberapa kali  memberikan DHE kepada pasien di klinik kampus , tidak membahas mengenai hal-hal dasar kesehatan gigi dan mulut dalam blog ini. Yang akan saya bahas kali ini lebih ke arah pencegahan karena mencegah lebih baik daripada mengobati. 

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai kesehatan gigi mulut, saya hanya ingin mengingatkan bahwa gigi adalah bagian dari dalam tubuh kita yang mengandung lebih banyak material anorganik dibandingkan dengan material organik. Oleh karena itu, ketika struktur gigi mengalami kerusakan,  maka gigi tidak akan bisa  memperbaiki kerusakan struktur tersebut hingga kembali seperti semula, berbeda dengan kulit manusia yang jika terluka bisa sembuh dengan sendirinya. Gigi yang sehat adalah anugrah dari Allah , maka seharusnya, kita bisa mensyukurinya dengan cara menjaga kesehatan gigi tersebut. Mau sebaik apapun gigi tiruan yang sudah ditemukan oleh para ilmuwan saat ini, gigi asli yang merupakan ciptaan Allah tetap tidak ada tandingannya. 

Ada beberapa poin yang harus diingat dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut :

1. Setelah digunakan untuk mengunyah makanan selama seharian, maka gigi kita harus dibersihkan dari sisa-sisa makanan yang nantinya bisa dimanfaatkan kuman untuk membuat lubang di gigi. Caranya adalah dengan menyikat gigi di waktu yang  benar dengan cara yang benar. Waktu yang tepat untuk menyikat gigi adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur. Lebih baik lagi, jika setelah makan, diberikan jeda waktu sekitar 30 menit sebelum akhirnya menyikat gigi. Lalu, cara menyikat gigi yang benar adalah dengan gerakan ke atas bawah untuk gigi depan dan gerakan memutar untuk gigi bagian belakang. Sikat seluruh permukaan menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang halus dan sudah diberi pasta gigi berfluoride. Jangan lupa untuk menyikat permukaan gigi bagian dalam yang dekat dengan lidah dan langit-langit. Harus diingat : Jangan menyikat dengan gerakan ke kanan kiri karena ini adalah cara yang salah. 

Adik2 di SD yang bersemangat menyikat gigi..

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, ‘Kalau tidak karena memberatkan umatku, tentu aku memerintahkan mereka bersiwak setiap kali hendak sholat.”

Untuk kondisi gigi yang rapat dan berjejal, ada baiknya menggunakan dental floss untuk membantu membersihkan sisa makanan yang berada di sela-sela gigi dan sulit dibersihkan dengan sikat gigi. 


2. Jagalah kualitas air liur kita dengan minum air putih yang cukup setiap harinya (2,5 liter /  hari). Kualitas dan kuantitas air liur cukup berperan dalam menjaga kebersihan mulut. Selain dengan meminum air putih yang cukup, mengunyah permen karet yang mengandung xylitol juga dapat membantu menjaga kualitas dan kuantitas air liur.

3. Perhatikan makanan yang kita konsumsi. Kita boleh memakan makanan manis, tapi perhatikan frekuensinya. Jika setiap hari memakan makanan yang manis, ada baiknya diberikan jeda waktu selama 2 jam antara konsumsi makanan manis tersebut dan mulai mencari bahan pengganti gula untuk mengurangi konsumsi gula. Contoh konsumsi rutin makanan manis adalah minum teh manis setiap hari, minum minuman soda setiap hari, dll. Selain makanan manis, kita juga harus memperhatikan makanan asam karena asam juga dapat mengakibatkan rusaknya struktur gigi. Makanan yang sangat disarankan untuk membantu menjaga kesehatan gigi mulut kita adalah sayur mayur dan buah-buahan. 

4. Kalau kita sudah menjaga kesehatan gigi dan mulut kita dengan baik, jangan lupa untuk tetap memeriksakan kondisi gigi kita ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali ( bukan promosi lho), minimal untuk membersihkan karang gigi karena karang gigi tidak dapat dibersihkan dengan sikat gigi saja, melainkan  harus menggunakan alat yang ada di dokter gigi. Karang gigi ini bisa tumbuh di dalam mulut kita karena air liur kita mengandung kalsium dan dapat membentuk karang gigi. Kalau karang gigi ini dibiarkan terus tumbuh hingga banyak, maka selain berdampak buruk pada penampilan, karang gigi juga bisa menyebabkan bau mulut dan merusak jaringan gusi dan sekitarnya sehingga terjadilah yang namanya radang gusi ( gingivitis ) dengan gusi yang bengkak dan kemerahan. Jadi, jangan lupa untuk ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali ya!! Jangan menunggu sampai ada rasa sakit , karena mencegah lebih baik dari mengobati kan?



Kondisi kesehatan gigi dan mulut sangat mempengaruhi keadaan nutrisi tubuh kita secara keseluruhan, kalau gigi ada yang sakit, makan pun jadi tak enak, beraktifitas pun terganggu. Kondisi gigi dan mulut juga akan menjadi salah satu bagian dari penampilan kita yang akan diperhatikan oleh lawan bicara kita. Jadi, ayo syukuri nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita berupa gigi yang sehat dan kuat dengan menjaganya dan merawatnya dengan baik. 

Bismillah,, jaga kesehatan gigi dan mulut yuk! 

Kamis, 22 November 2012

Ujian komprehensif, Hujan dan Jakarta



Siapa yang tidak tahu bahwa Jakarta itu sangat identik dengan kemacetan. Berbagai usaha sudah dilakukan oleh pemda Jakarta untuk mencoba menangani permasalahan ini, seperti peraturan 3 in 1 di daerah sudirman-thamrin, pembuatan jalan bebas hambatan di hampir seluruh wilayah kota Jakarta, pengadaan bus transjakarta dan commuter line. Tapi ternyata  usaha-usaha ini masih belum mampu menjadi solusi bagi  masalah kemacetan di Jakarta. Saya, sebagai pengguna rutin jalanan di jakarta, mungkin sudah cukup memahami kondisi Jakarta yang seperti ini. Saat hari raya idul fitri sajalah, Jakarta bisa terlihat lengang karena penduduknya banyak yang mudik ke kampung halaman. Selain hari itu, maka hari-hari sisanya adalah "tiada hari tanpa macet" di Jakarta.



Kemacetan yang biasa terjadi sudah menjadi pemakluman tersendiri buat saya yang bertempat tinggal di kota sebelah, Tangerang , namun beraktivitas di Jakarta. Dengan jarak kurang lebih 40 km, waktu yang saya butuhkan dari Salemba ke rumah biasanya berkisar 1-1,5 jam. Namun beberapa hari terakhir, yang saya alami bukanlah macet yang biasa, karena dilengkapi dengan hujan yang mengguyur jalanan Jakarta.  Hujan membuat para pengendara motor berteduh hampir  di bawah setiap jembatan, terowongan dan fly over yang mengakibatkan jalur yang tadinya ada tiga menjadi tinggal dua. Hujan juga membuat jalanan Jakarta tergenang dan mobil-mobil akan berjalan lebih lambat dibanding biasanya. 


Hari Selasa, 13 nov 2012, saya berencana untuk pulang lebih sore dari kampus karena akan belajar bersama dengan teman-teman di perpustakaan untuk mempersiapkan ujian komprehensif keesokan harinya. Tiba-tiba, hujan deras mulai mengguyur jalanan Jakarta sejak ashar. Saya masih berharap hujan akan reda disaat saya akan pulang kerumah. Tapi sampai pukul 17.00, hujan belum juga berhenti. Akhirnya saya memutuskan untuk pulang menggunakan taksi. Kemacetan mulai terjadi dimana-mana karena hujan deras yang tidak kunjung reda. Alhamdulillah, akhirnya saya tiba di rumah tercinta pada pukul 19.30. 2,5 jam perjalanan cukup membuat saya lelah walaupun hanya duduk di dalam taksi. Mengingat besok akan ada ujian dengan 100 soal  yang harus diselesaikan dalam waktu 100 menit, maka saya pun segera beristirahat dan mempersiapkan diri untuk ujian besoknya. 

Ujian komprehensif dilakukan selama 2 hari, oleh karena itu,  Senin, 19 nov 2012, saya kembali belajar dengan teman-teman saya untuk persiapan ujian esok hari. Tapi, kali ini saya dan teman-teman mencoba belajar dirumah teman saya di daerah Cikini. Lagi-lagi, hujan mengguyur jalanan Jakarta sejak ashar. Rencananya, hari ini saya akan pulang dengan ayah saya yang akan menunggu saya di kantornya di daerah Monas. Setelah kegiatan belajar selesai dan melihat langit yang semakin gelap, saya memutuskan untuk mulai beranjak ke kantor ayah saya dengan menggunakan taksi dari arah Cikini sekitar Pukul 17.00. Biasanya, perjalanan cikini - monas akan membutuhkan waktu sekitar 15-20 menit. Tapi, sepertinya hujan di sore ini akan membuat waktu perjalanan saya sedikit lebih lama.

Saya benar-benar tidak menyangka bahwa pada pukul 18.00, saya masih berada di daerah Menteng yang mungkin hanya berjarak sekitar 3 km dari tempat saya naik taksi pertama kali. Lampu lalu lintas di daerah Menteng Huis menuju Tugu Tani sudah menunjukkan warna merah dan hijau bergantian sebanyak 6 kali, namun taksi saya tidak menunjukkan adanya pergerakan sedikitpun. Setelah menelpon ayah saya yang sudah menunggu di kantornya sejak 1 jam yang lalu, akhirnya pada pukul 18.40 saya memutuskan untuk belok ke arah masjid cut meutia dan bermaksud untuk melewati kebon sirih. Tapi ternyata kondisinya tidak jauh berbeda, masih saja macet tanpa ada pergerakan yang signifikan. Bapak supir taksi pun mulai menyerah. Sempat terpikirkan oleh saya untuk turun dari taksi dan naik ojek, tapi hujan masih rintik dan kondisi yang kurang aman di malam hari membuat saya membatalkan niat saya itu. Dari bapak supir taksi, diketahui bahwa jalanan kebon sirih pun macet total dan tidak ada jalan lain lagi selain lewat Thamrin. Bapak supir taksi memberi saran agar saya turun saja di hotel Pullman di depan bundaran Hotel Indonesia, lalu menyambung dengan taksi lain atau bus transjakarta menuju kantor ayah. Akhirnya, setelah bertanya dengan ayah saya lewat telepon, saya pun menyetujui saran bapak supir taksi.

Alhamdulillah, pukul 19.50 saya sudah sampai di depan bundaran HI dan turun dari taksi yang argonya sudah mencapai angka 85.000. Ya, 85.000 rupiah untuk perjalanan dari Cikini menuju HI dalam waktu 3 jam. Sebenarnya saat itu, saya sedang berpuasa dan baru membatalkan puasa saya dengan sebuah permen yang ada di tas saya. Tapi, dari depan hotel Pullman menuju jembatan penyebrangan, saya tidak ingat lagi kebutuhan saya untuk membeli minum karena yang ada di otak saya saat itu hanyalah 'bagaimana caranya saya bisa sampai di kantor ayah saya secepatnya'. Ayah saya sudah dengan sabar menunggu saya di kantornya selama 3 jam. 

Di atas jembatan penyebrangan, sambil melihat arus jalanan Thamrin di bawahnya yang menuju Monas, saya mulai bingung untuk memilih antara naik bus transjakarta atau naik taksi. Setalah bolak balik, akhinya saya memutuskan untuk masuk ke dalam antrian para calon penumpang bus transjakarta. Antriannya cukup panjang sampai ke atas jembatan karena loket ditutup sementara sampai kondisi di dalam halte tidak terlalu penuh. Sambil menunggu, saya menelpon kakak saya dan menceritakan kondisi yang saya alami, sambil bercanda, dia menyarankan saya untuk jalan kaki saja ke kantor ayah. Sempat terpikir juga untuk mengikuti sarannya karena sekitar 2 tahun yang lalu, saya pernah mengikuti aksi gerakan anti rokok dan melakukan longmarch dari bundaran HI ke monas, jadi saya sudah bisa membayangkan bagaimana kondisinya kalau saya harus jalan kaki ke kantor ayah. Tapi, kondisi yang sudah malam dan kelelahan setelah duduk di taksi selama 3 jam membuat saya bertahan untuk tetap berada di antrian itu. Setelah beberapa menit menunggu bus transjakarta yang datangnya cukup jarang dan kondisi jalanan thamrin yang tiba-tiba kosong membuat saya menjadi bimbang. Tetap mengantri dengan sabar atau menyerah dan mencoba mencari taksi di sebrang? 

Pukul 20.15, saya tidak juga masuk ke dalam halte karena loket masih ditutup, akhirnya saya memutuskan untuk keluar dari antrian lalu bergerak menuju depan Plaza Indonesia (sebrangnya Hotel Pullman). Alhamdulillah, hujan sudah berhenti, tapi jalanan di depan saya cukup becek dan menyebabkan saya harus beberapa kali tersiram air genangan karena mobil-mobil yang bergerak cepat di jalanan. Saya terus berusaha untuk memberhentikan taksi yang melewati jalanan di depan saya, tapi taksi-taksi yang lewat  terus menolak. Akhirnya pukul 20.30, saya memutuskan untuk berjalan kaki saja sambil terus berusaha untuk menghentikan taksi yang lewat.


Sebenarnya ada sedikit rasa takut saat harus menyusuri jalanan Thamrin di malam itu, tapi alhamdulillah, dari ujung Plaza Indonesia sampai depan kantor ayah saya, selalu ada orang lain yang juga berjalan di depan saya atau di belakang saya. Sambil terus berdzikir meminta perlindungan Allah, akhirnya saya pun menyusuri jalanan Thamrin bersama beberapa mas dan mbak kantoran yang juga berjalan menuju arah yang sama. Dengan kondisi baju yang basah karena sisa hujan dan keringat, perut yang mulai kelaparan, mulut yang mulai kehausan dan kaki yang kelelahan , alhamdulillah, akhirnya saya sampai di kantor ayah saya pukul 20.55. Begitu masuk ke dalam mobil, alhamdulillah , ayah saya sudah membelikan saya seporsi nasi goreng dan sebotol air putih untuk saya berbuka puasa. Alhamdulillah, setelah itu perjalanan ke rumah tidak terlalu macet karena lewat tol bandara. Saya tiba di rumah pukul 22.00 dan langsung beristirahat tanpa sempat membuka lagi bahan ujian untuk esok harinya.     




Dulu saya pernah mengalami perjalanan antar kota yang paling lama, yaitu saat saya ada acara di Depok menggunakan angkutan umum selama  3 jam 45 menit . Dan sekarang sudah ada pengalaman baru, saya menjalani 5 jam perjalanan dari Cikini ke rumah saya. Alhamdulillah, selama perjalanan itu, saya malah sering tertawa mengingat betapa lucunya pengalaman perjalanan  saya kali ini. Mulai dari menghindari daerah Tugu Tani tapi malah kena macet yang sama di Menteng sampai kebingungan saya antara naik bus transjakarta atau taksi yang akhirnya malah berujung dengan jalan kaki di malam hari. Terima kasih Jakarta untuk pengalaman yang tidak terlupakan. Semoga Jakarta bisa lebih baik lagi dalam penataan transportasinya. Semoga kata kemacetan tidak lagi identik dengan kota Jakarta, Aamiin... 

Minggu, 11 November 2012

Rumah Kita

Beberapa hari yang lalu, tanpa disengaja saya melewati sebuah sekolah mengaji yang terletak di sebuah gang kecil tempat pasien saya tinggal. Saat itu saya sedang menjemput pasien saya yang masih kelas 1 SD untuk dibawa ke klinik. Awalnya, saya tidak terlalu memperhatikan sekolah mengaji itu, tapi ketika saya melewatinya untuk kedua kali, saya menjadi teringat dengan kegiatan belajar mengajar yang dulu pernah saya lakukan dengan teman-teman kampus di daerah pemukiman seperti ini. 

Namanya Rumah Kita. 


Saat itu, saya masih berada di tingkat awal kuliah dan menjadi pengurus BEM FKG di departemen pengabdian masyarakat  (pengmas). Ada tiga orang senior saya angkatan 2003 yang tiba-tiba mengajak saya dan teman-teman dari pengmas untuk rapat membicarakan sebuah konsep rumah belajar. Tiga senior saya itu memaparkan ide mereka mengenai adanya sebuah rumah belajar yang dibuat oleh BEM FKG untuk masyarakat sekitar Salemba, mereka adalah petinggi BEM sebelumnya yang belum sempat merealisasikan ide ini. Awalnya sasaran kami adalah anak-anak jalanan yang tidak sekolah, tapi ternyata menjangkau anak-anak jalanan di daerah Jakarta sangat sulit, karena mereka sudah lebih dikuasai oleh preman-preman yang sulit diajak berkomunikasi. Akhirnya, kami mencoba mencari anak-anak di sekitar Salemba yang tidak mampu untuk sekolah. Tapi, kenyataannya, disaat program BOS sudah berjalan di Jakarta, sangat sulit menemukan anak-anak yang masih tidak sekolah, kalaupun ada, meraka adalah anak-anak yang memang tidak mau untuk sekolah bukan karena tidak mampu untuk membayar biaya sekolah. Akhirnya, kami turunkan lagi sasarannya. Kami mencoba untuk menjadikan rumah belajar ini sebagai tempat les gratis untuk anak-anak SD di daerah Salemba. 

Kami bersembilan ( enam orang anggota pengmas BEM FKG UI 2008/2009 dengan tiga orang senior angkatan 2003 ) mulai mencari tempat yang bisa dijadikan sebagai rumah belajar ini. Kami mulai mencari dan menyusuri jalanan di sekitar pemukiman padat Salemba sampai akhirnya di Salemba Bluntas lah, rumah belajar ini bisa diwujudkan. Setelah berbicara dengan pengurus RT dan RW, kami mendapatkan ijin untuk mengadakan kegiatan belajar mengajar setiap sore di balai warga Salemba Bluntas. Akhirnya, rumah belajar ini bisa segera direalisasikan. Kami juga mulai mempersiapkan segala sarana dan prasaran untuk rumah belajar ini. Kami mengadakan studi banding ke TIS ( Teknik Informal School ) yang dimiliki Fakultas Teknik UI untuk mempelajari sistem rumah belajar mereka, baik mengenai kurikulum maupun sistem belajar mengajarnya. Kami juga mulai menjaring mahasiswa yang ingin berpartisipasi menjadi pengajar di rumah belajar ini. 

Alhamdulillah, di bulan Desember 2008, rumah belajar yang kami namakan RUMAH KITA ini pun dibuka. Perwujudan rumah belajar ini memang melalui proses yang cukup lama. Konsep rumah belajar ini mulai dirintis saat saya masih menjadi staf departemen pengmas dan akhirnya baru bisa mulai berjalan saat saya sudah menjadi kepala departemen pengmas BEM FKG. Kegiatan belajar mengajar mulai berjalan dengan baik. Anak-anaknya cukup antusias dalam mengikuti kegaiatan belajar mengajar ini. Kami membantu anak-anak untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya dan mempersiapkan ujiannya. Di akhir semester, kami memanggil orangtua anak-anak untuk memberikan buku laporan dari rumah belajar ini. Karena kami adalah mahasiswa kedokteran gigi, maka terkadang kami juga menyisipkan materi penyuluhan mengenai kesehatan gigi dan mulut kepada anak-anak dan para orangtuanya. Namun sayangnya, sejak awal jumlah tenaga pengajar masih saja kurang. Dan ternyata, sampai detik ini, tahun 2012, setiap saya menanyakan kabar rumah kita kepada adik kelas, permasalahan pengajar ini masih saja ada. 

Saat ini, RUMAH KITA sudah berusia hampir 4 tahun. Saya sendiri, memang sudah tidak terjun langsung di dalamnya. Bahkan, sejak masuk klinik, saya sudah jarang sekali ikut mengajar disana. Terkadang, saya ingin sekali mengajar lagi dan bermain-main dengan anak-anak disana, tapi akhirnya yang bisa saya lakukan hanyalah memantau perkembangan dan keberlangsungan RUMAH KITA dari pengurus BEM saat ini. Semoga suatu saat nanti, saya bisa kembali lagi memberikan kontribusi nyata untuk rumah belajar ini dan semoga rumah belajar ini bisa terus hadir untuk masyarakat Salemba. Aamiin..