Kamis, 15 Desember 2011

Garuda dan Sepakbola

Alhamdulillah. Beberapa waktu lalu, saya mendapatkan kesempatan untuk menonton premier sebuah film nasional secara gratis karena adanya kerjasama antara kampus saya dengan perusahaan yang menjadi sponsor film tersebut. Saya dengan teman kelompok saya ditugaskan mengajak 65 anak SD binaan kampus saya untuk menonton premier film tersebut bersama-sama. Ini pengalaman pertama bagi saya untuk menonton premier sebuah film nasional. Disamping banyaknya artis-artis yang datang, saya juga bisa merasakan menonton film bersama para pemain di satu studio yang sama.

Tapi, bukan itu intinya.

Film yang saya tonton berjudul sama dengan sekuel pertamanya, Garuda di Dadaku 2. Sebuah film yang mengisahkan kehidupan sepakbola di tanah air kita tercinta. Kalau di film pertama, sang pemeran utama masih berusaha dari nol untuk menjadi pesepakbola nasional, di film kedua ini, masalah yang dihadapi pemeran utama adalah bagaimana caranya mempertahankan prestasi di tim nasional. Banyak sekali nilai-nilai yang bisa diambil dari film berdurasi sekitar 2 jam ini. Persahabatan , arti keluarga, cinta di masa SMP, dan juga tentang kondisi negeri kita saat ini.

Garuda di Dadaku telah menjadi simbol kecintaan masyarakat Indonesia atas olahraga yang satu ini. Olahraga yang nyatanya telah banyak disusupi intrik dan politik kotor yang merugikan banyak pihak, termasuk masyarakat Indonesia itu sendiri. Di film GDD 2 , kondisi sepakbola di Indonesia saat ini dapat digambarkan sang sutradara dengan cukup baik. Banyaknya campur tangan partai sponsor terhadap para pemain dan juga soal pelatih yang disingkirkan karena tidak mau menuruti kemauan para pengurus.

Kondisi sepakbola di negeri ini memang belum mengalami perbaikan yang signifikan. Harapan akan perubahan ke arah yang lebih baik setelah pergantian pengurus ternyata pupus sudah. Kenyataannya, persoalan sepakbola masih akan terus dihantui oleh tangan-tangan licik para politikus dan antek-anteknya. Ketua yang baru seolah-olah hanya ingin membalas perlakukan ketua sebelumnya tanpa mementingkan kemajuan sepakbola Indonesia dengan lebih baik. Entah kapan, mimpi akan sepakbola Indonesia yang sukses bisa tercapai. Tapi, selama kita masih bisa bermimpi, maka masih ada kemungkinan mimpi itu tercapai suatu saat nanti.

Saya hanyalah penonton film dan penggemar sepakbola yang merasa miris dengan kondisi sepakbola negeri kita saat ini. Semoga suatu saat nanti, ada yang bisa saya lakukan selain menulis tulisan ringan bobot ini , demi kemajuan sepakbola Indonesia.

Garuda di Dadaku, Garuda Kebanggaanku,
Kuyakin, Hari ini, Pasti menang!!


Tidak ada komentar: