Rabu, 04 Agustus 2010

Masihkah mereka mendengar kita?

Sebuah tugas berat telah disandang oleh sekitar 500 orang terpilih untuk duduk di dalam sebuah gedung megah di pusat Jakarta. Tugas untuk menjadi wakil dari berjuta manusia di bumi Indonesia ini. Namun, sungguh ironi melihat perbandingan antara kehidupan sang "wakil" dengan kehidupan "yang diwakilinya." Seperti yang biasa ditemukan di tengah masyarakat, tingkat seorang wakil dengan yang diwakilinya tentu akan lebih rendah, misalnya wakil ketua dan ketua. Dalam hal ini, tentunya ketua akan memiliki hak dan kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan wakil ketua. Namun, mengapa fenomena ini tidak terlihat pada kehidupan wakil rakyat dan rakyat itu sendiri.

Dipilih dengan sebuah “pesta” bertemakan demokrasi, wakil-wakil rakyat ini pun menjual berbagai macam janji dan perubahan. Rakyat seperti dibodohi dan diperintahkan untuk memilih mereka hanya dengan modal pembagian sembako gratis dan hadiah-hadiah gratis lainnya. Setelah mereka duduk di posisi sebagai wakil, sepertinya mereka malah melupakan hak-hak sang rakyat. Teriakan rakyat diluar pagar tentu hanya akan menjadi pantomim belaka bagi mereka yang duduk nyaman di dalam ruangan ber-AC gedung hijau itu.

Fakta demi fakta pun mulai muncul ke permukaan, undang-undang ini dan itu yang tiba-tiba dibuat tanpa pertimbangan lebih dalam , musibah-musibah buatan manusia yang mulai menyerang kehidupan sang rakyat pun masih menghiasi . Namun, wakil mereka seperti menutup mata dari persoalan gas elpiji 3 kg di tengah masyarakat, begitu pula dengan masalah pornografi yang tak kunjung usai meresahkan sang rakyat. Lalu, kemanakah wakil rakyat itu?

Apakah mereka sangat lelah karena terlalu sering tertidur dalam rapat-rapat dewan?. Sepertinya, mereka tidak lagi memiliki waktu untuk memikirkan hak sang rakyat sehingga untuk hadir dalam sidang paripurna saja mereka tidak mampu. Sepertinya wakil-wakil rakyat ini sudah lupa akan tugas mereka sebagai penyambung lidah sang rakyat, yang diwakilinya. Mereka pun lupa akan beribu janji manis yang diucapkan semasa kampanye. Yang mereka ingat hanyalah jumlah uang yang harus didapatkan lagi untuk mengganti dana kampanyenya dulu.

Apakah mereka mendengarkan kita? Apakah mereka melihat semua permasalahan kita? Apakah mereka mampu merasakan apa yang kita rasakan? Sepertinya tidak. Maka, kita harus membuat mereka dapat merasakannya, kita harus membuat mereka dapat mendengarkan kita, kita harus membuat mereka melihat semua permasalahan kita. Karena kita adalah rakyat dan mereka adalah wakil kita. Wakil rakyat Indonesia.


4 komentar:

Mengenal Diri Menggapai Ridho Illahi mengatakan...

Wakil rakyat...
ya, sebuah amanah yang sangat berat
berjuta-juta rakyat Indonesia, meminta..mengharap..bahkan menangis merindukan sebuah kata "kesejahteraan" atas apa yang dirasakan dari hari ke hari, mingu ke minggu, bulan ke bulan bahkan tahun ke tahun....

Indonesia negeri ku..
Indonesia negeri kaya...

Namun, sangat sayang sekali..
Ketika negeriku di pimpin oleh wakil-wakil ku yang belum mencintai yang diwakili dengan setelus-tulus'a

sayang sekali, ketika kekayaan'a hanya berbentuk materi belaka...
Lalu, dimanakah kekayaan hati yang mereka punya untuk yang diwakilinya......

Unknown mengatakan...

postingan ini mengingatkan saya akan puisi karya taufiq ismail"Malu (aku) jadi orang indonesia"..
beberapa potongan puisi tersebut :
Di negeriku penghitungan suara pemilihan umum
sangat-sangat-sangat-sangat-sangat jelas
penipuan besar-besaran tanpa seujung rambut pun bersalah perasaan,
Langit akhlak rubuh, di atas negeriku berserak-serak
Hukum tak tegak, doyong berderak-derak
Di negeriku, selingkuh birokrasi peringkatnya di dunia nomor satu,
Di negeriku, sekongkol bisnis dan birokrasi
berterang-terang curang susah dicari tandingan,
Di negeriku budi pekerti mulia di dalam kitab masih ada,
tapi dalam kehidupan sehari-hari bagai jarum hilang
menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi.

Aristyani DR mengatakan...

Wah, subhanallah.
terima kasih untuk tambahannya yaa...
Ternyata, masalah ini memang sudah lama menjangkiti negeri ini. Tapi, kita harus tetap yakin, bahwa perubahan akan terjadi segera dan membawa keadaan Indonesia ke arah yang lebih baik..
Semoga Allah memperkenankannya... amin,,

Aristyani DR mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.