Setiap orang pasti pernah mengalami kehilangan, baik kehilangan sesuatu yang dianggap kecil dan tidak terlalu penting sampai kehilangan sesuatu yang sangat dicintainya. Beberapa hari yang lalu, sahabat saya kehilangan dompetnya, kakak kelas saya kehilangan ponselnya dan bahkan paman saya harus kehilangan anaknya. Setiap ada kehilangan, maka selalu ada pelajaran tambahan. Beberapa orang menganggap bahwa kehilangan sesuatu yang sangat dicintai merupakan satu bentuk teguran dari Allah bahwa kita kurang amanah menjaga titipan Allah. Kehilangan juga mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang pernah kita miliki di dunia ini hanyalah titipan dari Allah yang akan kembali kepadaNya. Kehilangan mengajarkan kita akan arti sebuah kesabaran, keihklasan dan keyakinan kepada Allah atas segala rencanaNya.
Menurut saya, ikhlas adalah pelajaran yang sangat sulit untuk dilalui. Saat mengalami kehilangan barang seperti uang, ponsel atau perhiasan saja, terkadang kita sulit untuk ikhlas. Apalagi kehilangan orang yang kita cintai, rasanya ikhlas menjadi semakin sulit untuk dirasakan. Saya teringat sebuah film yang diadaptasi dari novel dengan judul "hafalan salat delisa". Film ini menggambarkan sebuah kehilangan besar yang dirasakan oleh seorang anak kecil. Anak ini harus kehilangan ibu, tiga kakak dan sebelah kakinya karena bencana tsunami di Aceh. Mungkin, untuk perempuan seperti saya, menonton film ini sama saja dengan menangis tiada henti. Tapi, hikmah yang bisa saya ambil dari film ini adalah sebuah keikhlasan yang bisa ditunjukkan oleh sang anak dalam menghadapi cobaan di hidupnya. Delisa memang masih anak-anak yang terkadang mudah terbawa emosi tapi dia dapat dengan sabar dan ikhlas menjalani hidup barunya dengan bahagia tanpa ibu, tiga kakak dan sebelah kakinya.
Berbicara tentang kehilangan dan keikhlasan, saya juga langsung teringat kepada kekasih tercinta, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam yang mengalami banyak kehilangan besar di hidupnya. Ayah, Ibu dan kakeknya meninggal saat beliau masih anak-anak. Bahkan, seluruh kerabatnya perlahan meninggalkan beliau saat beliau menyiarkan agama Allah. Seorang wanita yang amat dicintainya, Siti Khadijah , juga meninggalkan beliau di awal masa kenabiannya. Beliau juga kehilangan paman yang sangat dicintai dan mencintainya, Hamzah, di perang Uhud. Dan dari segala cobaan yang dihadapinya, Rasulullah tetap menjadi seorang manusia yang sabar dan ikhlas. Rasulullah tidak pernah mempertanyakan kehilangan yang dialaminya kepada Allah.
Rasulullah memang seorang Nabi, seorang manusia yang sempurna. Tapi, sebagai pengikutnya, ada baiknya kita berusaha untuk mencontoh kesabaran dan keikhlasan yang dimiliki Rasulullah. Semoga semua teman dan kerabat yang sedang mengalami kehilangan diberikan kekuatan untuk sabar dan ikhlas menghadapi segalanya karena semua hanyalah titipan Allah yang akan kembali kepadaNya. Aamiin..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar