Menjadi orangtua memang mengajarkan banyak hal baru. Termasuk rasa memiliki yang sangat besar kepada anak. Perasaan ini memang sudah muncul bahkan sejak bayi masih berada di dalam rahim sang ibu. Saya, yang sempat mengalami keguguran di usia kehamilan 5 minggu saja sudah bisa merasakan kehilangan, padahal di usia 5 minggu itu janin dalam rahim saya masih berupa kantung kehamilan.
Rasa memiliki ini akan terus bertumbuh seiring berjalannya waktu. Di saat bayi kecil kita sudah beranjak balita dan ada beberapa teman yang bercanda ingin menjodohkan balita kita di usia dewasanya kelak, kita mungkin langsung terbayang masa depan bahwa kelak bayi kecil kita pun akan pergi meninggalkan kita. Mulai dari SD, saat dia mulai mandiri dari kita, lalu SMP saat dia mulai lebih senang berkegiatan di luar rumah, SMA saat dia mungkin sudah punya teman dan sahabat baru yang menggantikan posisi kita untuk menampung curhatannya dan mungkin saat kelak dia akan pergi bersama belahan jiwanya.
Memang pemikiran ini terlalu jauh ke depan namun insya Allah suatu ketika nanti, jika Allah mengijinkan, kita akan menghadapi masa ini.
Lalu tiba-tiba saya berkaca pada diri sendiri sebagai seorang anak. Saya mulai memperhatikan bagaimana orangtua saya mendidik saya. Bisa dibilang, saat SD dan SMP saya begitu dimanjakan dengan banyaknya fasilitas yang diberikan orangtua termasuk supir yang mengantar saya ke sekolah ( ini karena sekolah saya berjarak 15-18 km dari rumah). Bahkan saya baru mulai belajar naik angkutan umum sendirian dari rumah ke sekolah di saat saya sudah mau lulus dari SMP.
Beranjak ke SMA, untuk membentuk jiwa mandiri, orangtua saya menyekolahkan kedua anak perempuannya di sekolah asrama. Alhamdulillah, menurut saya, keputusan orangtua saya ini sangat tepat dan masa di SMA inilah yang akhirnya membentuk pribadi saya hingga sekarang.
Saat kuliah, saya dan kakak saya memilih untuk tetap tinggal di rumah orangtua walaupun lokasi kampus kami berjarak sekitar 40 km dari rumah. Hal ini kami lakukan karena kami berdua berpikir bahwa kelak setelah lulus kuliah, mungkin kami akan mulai merencanakan untuk menikah dan sesuai ajaran orangtua kami, bahwa kelak ketika menjadi seorang istri maka kami harus patuh pada suami termasuk jika harus pindah ke luar kota dan meninggalkan orangtua.
Dan akhirnya hal itu pun menjadi nyata. Setelah lulus dan menikah, kakak saya sempat tinggal di Surabaya karena suaminya masih berdinas di sana namun sekarang kakak saya sudah kembali ke Jakarta dan tinggal di rumah dinas suaminya. Sedangkan saya, setelah menikah, langsung pindah ke Bandung, ikut suami saya yang memang berdomisili di Bandung.
Alhamdulillah sampai saat ini, tidak pernah ada satu pun keluhan yang dilontarkan oleh orangtua saya ketika melihat kedua anak perempuan yang begitu dijaganya saat kecil kini telah pergi meninggalkan rumah. Kami memang masih sering berkumpul di rumah orangtua minimal 1 bulan sekali. Apalagi dengan adanya cucu-cucu, rasanya kebahagiaan orangtua saya pun semakin bertambah, aamiin.
Satu hal luar biasa yang saya pelajari dari orangtua saya adalah kesiapan menjadi orangtua bukan hanya diperlukan saat di awal saja, yaitu ketika kita harus siap begadang tiap malam saat bayi kita menangis, siap menjadi pelindungnya setiap saat, siap menangani sakitnya di rumah, siap menghadapi susahnya balita kita untuk makan dan kesiapan lainnya di awal kehidupan anak kita. Namun kesiapan menjadi orangtua juga harus selalu ada sampai akhir, saat kita siap melepas kepergiannya dari rumah untuk membangun rumah tangganya sendiri.
Anak memang titipan Allah. Dan ini lah yang benar-benar harus diresapi oleh setiap orangtua. Bismillah, semoga kita semua, para orangtua baru, bisa amanah dalam menjaga titipan ini dan bisa selalu siap untuk menjadi orangtua. Aamiin
Terima kasih banyak untuk segalanya papa mama ♡♡