Menyambung tulisan kemarin
mengenai "printilan" persiapan pernikahan saya dan suami tercinta, ada beberapa
hal yang belum sempat tersampaikan dan akan saya coba sampaikan di tulisan
extended ini. Let’s start again..
Salah satu hal yang cukup penting
dalam sebuah acara walimahan adalah undangan. Perihal undangan ini memang
awalnya agak sedikit membingungkan. Ingin rasanya memberikan undangan yang
tidak akan terbuang begitu saja dan menjadi mubazir, tapi ternyata setelah
pencarian beberapa jenis undangan, penyesuaian
dengan budget dan pendapat orangtua, sepertinya saya tetap akan menggunakan
jenis undangan yang biasa. Untuk yang berdomisili di Jakarta, Tebet mungkin menjadi salah satu pusat untuk
mencetak undangan karena konon katanya di Tebet sana, percetakan untuk membuat
undangan tersedia cukup banyak dengan ragam jenis undangan yang juga banyak. Tapi,
kata kakak saya, semakin banyak pilihan , kita sendiri akan semakin bingung
menentukan pilihannya. Dulu, kakak saya membuat undangan di sebuah percetakan
di dalam Thamrin City yang ternyata saat saya ingin mencoba untuk menggunakan
jasa percetakan tersebut, tiba-tiba percetakan tersebut sudah tidak ada lagi di
dalam Thamrin City.
Akhirnya saya mencoba untuk mencari tempat percetakan lain
di daerah Cempaka Mas. Setelah mencari-cari, akhirnya saya yang saat itu
ditemani oleh kakak menemukan sebuah tempat percetakan undangan di lantai dasar
ITC Cempaka Mas, SJCards. Tanpa berbelit-belit, akhirnya di sinilah saya
memutuskan akan mencetak undangan walimahan saya. Saya mulai mengurus undangan
ini sekitar H-4 bulan, termasuk
pembuatan desain dan proses produksinya. Desainnya bernuansa hijau emas sesuai
dengan nuansa pakaian kami berdua di malam walimahan nanti. Saya juga meminta
aksen beludru pada cover undangan. Satu hal yang saya pastikan adalah tidak
adanya ayat Al-Qur’an pada isi undangan kami karena adanya kemungkinan
dibuangnya undangan ini. Oiya, walaupun proses produksi sudah dimulai dari H-3
bulan, tapi karena terpotong waktu cuti lebaran, proses ini pun menjadi sedikit
terlambat. Namun, Alhamdulillah, akhirnya undangan dapat disebarkan dengan
cukup tepat waktu. Untuk beberapa teman yang akan diundang dalam jumlah banyak
seperti teman SD, SMP, SMA dan kuliah, saya menggunakan fasilitas invitation di
Facebook dan aplikasi messenger seperti BBM, dll. Proses pembuatan undangan
memang membutuhkan waktu yang cukup lama karena penyesuaian desain yang hanya
dikomunikasikan via email dengan pihak percetakan. Yang penting, kita harus
rajin memfollow up dan merespon setiap perubahan desain yang diajukan oleh
pihak percetakan.
Undangan versi desain by SJCards |
Undangan versi sudah jadi by SJCards |
Kalau undangan menjadi cukup
penting dalam sebuah acara walimahan, maka cincin kawin merupakan hal yang
paling penting dalam sebuah pernikahan selain mahar. Cincin ini memang bukan
menjadi mahar dalam pernikahan kami, namun bagi saya, cincin ini menjadi sebuah
tanda pengikat bahwa setelah pernikahan ini, saya dan suami merupakan satu
kesatuan. Sebelumnya, kami memang sudah pernah membuat cincin kawin di daerah
Bandung yang akan diberikan oleh ibu mertua saya kepada saya di acara khitbah.
Namun, hasilnya tidak terlalu memuaskan. Cincin milik suami saya yang
terbuat dari palladium (karena laki-laki diharamkan menggunakan emas), terlihat
lebih kusam. Sedangkan menurut kakak ipar saya, cincin palladium miliknya yang
dibuat di toko Kaliem, sebuah toko emas
di dalam Blok M Square, tidak terlihat berbeda jauh dengan cincin istrinya yang
terbuat dari emas putih. Akhirnya, setelah mendapatkan rekomendasi ini, saya dan
suami pun membuat cincin kawin di toko Kaliem ini. Alhamdulillah, hasilnya
cukup memuaskan.
Cincin kawin saya ( emas putih ) dan suami (palladium) |
Dalam pelaksanaan seluruh
rangkaian acara pernikahan, kami sekeluarga memutuskan untuk mengurus semuanya
sendiri dan tidak menggunakan jasa Wedding Organizer (WO). Ada beberapa hal
yang menjadi pertimbangan kami untuk tidak menggunakan jasa WO. Salah satunya
adalah karena keluarga saya sudah pernah mengurus acara pernikahan sebelumnya,
yaitu saat kakak saya menikah di tahun 2010. Selain itu, untuk orang-orang
perfeksionis seperti saya dan suami, sepertinya lebih enak untuk mengurus
segala sesuatunya secara langsung, sehingga lebih puas walaupun memang lebih
melelahkan. Petugas dari WO yang biasanya membantu di hari H sebagai penjaga
alur, bagian protokoler dan lain-lain, Alhamdulillah dapat digantikan posisinya
oleh beberapa rekan dari kantor ayah, ibu dan kakak ipar saya yang bertugas di
TNI. Jadi, dengan beberapa pertimbangan di atas, kami sekeluarga pun memutuskan
untuk mengurus semuanya sendiri. Alhamdulillah, walaupun memang membutuhkan
waktu dan tenaga yang lebih banyak, namun kami sekeluarga pun puas dengan
hasilnya di hari H.
Semoga tulisan tambahan ini bisa
melengkapi tulisan saya sebelumnya tentang persiapan pernikahan. Bagi
teman-teman yang sedang dalam tahap persiapan, tetap semangat dan selalu
libatkan Allah dalam setiap proses persiapan ini, insya Allah, akan selalu ada
kejutan yang tidak pernah kita sangka sebelumnya. Semangat!!