Tidak terasa, usia pernikahan saya dengan suami sudah menginjak satu tahun pada beberapa hari yang lalu. Selama satu tahun itu, ada beberapa kerabat yang menanyakan kepada saya mengenai segala pernak pernik di acara walimahan kami dulu. Oleh karena itu, sambil kembali mengingat kenangan satu tahun yang lalu, sekarang saya ingin sedikit menceritakan beberapa "printilan" dari acara walimah pernikahan saya dan suami. Here we go..
Hal yang paling pertama kali saya urus setelah mendapat lampu hijau dari orangtua untuk menikah dengan lelaki pilihan saya adalah mencari-cari tempat resepsi. Untuk di daerah Jakarta, mencari gedung pertemuan untuk pernikahan terkadang membutuhkan waktu yang lumayan cukup lama. Terlebih lagi, orangtua saya menginginkan acara walimahan saya diadakan pada sabtu malam yang merupakan waktu paling laris di beberapa gedung pertemuan (mengingat keluarga dan kerabat suami saya banyak yang berdomisili di Bandung sehingga jika acara diadakan pada sabtu malam, masih ada waktu istirahat sebelum kembali beraktivitas di hari senin). Setelah survey ke beberapa gedung untuk mencari tanggal yang kosong dengan luas dan lokasi yang sesuai, akhirnya pilihan saya jatuh kepada Balai Sudirman Panti Prajurit di wilayah Tebet walaupun tanggal yang tersedia sudah berada di bulan Oktober 2013, padahal saya mulai mencari gedung dari bulan Desember 2012.
Gedung Balai Sudirman Panti Prajurit |
Setelah urusan gedung selesai dan saya sudah dilamar secara resmi oleh keluarga suami, barulah saya mulai mempersiapkan beberapa hal besar lainnya. Alhamdulillah, di bulan Maret 2013, ada sebuah wedding expo yang diadakan di Gedung Bidakara. Sebagai permulaan, saya dan ibu saya mencoba mencari beberapa vendor pernikahan di sana. Menurut saya, wedding expo ini benar-benar sangat membantu karena hampir semua vendor berkumpul dan kami bahkan bisa mendapatkan beberapa harga promo di pameran ini. Saya dan ibu saya berencana mencari vendor untuk fotografi, dekorasi, catering dan tata rias di wedding expo kali ini.
Untuk masalah catering, kami tidak terlalu ambil pusing, karena sudah pernah ada pengalaman saat pernikahan kakak saya sekitar 3 tahun yang lalu. Saat itu, keluarga saya menggunakan jasa Kiki Catering. Alhamdulillah, kami merasa puas dengan pelayanan dari vendor ini sehingga insya Allah kami akan kembali bekerjasama dengan Kiki Catering, terlebih lagi vendor ini termasuk salah satu rekanan Gedung Balai Sudirman.
Stand Kiki Catering di Gedung Balai Sudirman |
Selanjutnya, saya dan ibu saya mulai mencari vendor untuk tata rias dan busana pernikahan. Untuk vendor yang ini, saya tidak bisa menggunakan perias yang sudah pernah digunakan kakak saya sebelumnya karena kakak saya menggunakan adat Jawa sedangkan rencananya saya akan menggunakan adat Sunda. Sebelumnya, ibu saya pernah menanyakan kepada temannya tentang perias yang digunakan di acara pernikahan anaknya. Menurut ibu saya, adat sunda dan tata rias yang digunakan oleh pengantin saat itu terlihat sangat bagus dan ternyata vendor yang digunakan oleh teman ibu saya adalah Miarosa. Saya juga sudah pernah menanyakan rekomendasi teman-teman saya yang sudah menikah mengenai vendor tata rias dan busana. Oleh karena itu, di wedding expo ini, saya dan ibu saya mencari beberapa vendor yang sudah direkomendasikan, termasuk Miarosa. Setelah berkeliling ke tiga vendor, akhirnya saya dan ibu saya pun memilih Miarosa karena tertarik dengan penawaran yang ditawarkan dan juga terhipnotis oleh petugas marketing yang terlihat begitu ramah. Di vendor ini, kami akan menyerahkan urusan tata rias, busana dan adat pernikahan. Untuk urusan tata rias, saya benar-benar sangat memperhatikan semua detilnya. Alhamdulillah, perias dari Miarosa berhasil memenuhi beberapa permintaan khusus saya, seperti pemakaian jilbab yang menutup dada dan juga tidak mengerik alis untuk tata rias wajah.
Tata rias saya dan busana suami by Miarosa |
Busana + tata rias saya dan suami by Miarosa |
Adat Pernikahan Sunda yang dipandu tim adat dari Miarosa |
Jujur saja, untuk masalah dekorasi, saya benar-benar bingung. Vendor yang sudah pernah digunakan di acara pernikahan kakak saya ternyata bukan rekanan Gedung Balai Sudirman. Akhirnya, saya mencoba meminta rekomendasi dari pihak Gedung Balai Sudirman itu sendiri. Setelah mencoba mendatangi beberapa stand vendor dekorasi yang sudah pernah saya hubungi sebelumnya via telepon, pilihan saya pun jatuh kepada Shafira Maharani Decoration. Lagi-lagi, saya memilih vendor ini karena terpesona dengan keramahan dan teknik "jemput bola" yang dilakukan oleh pihak marketingnya. Alhamdulillah, hasil dekorasinya pun sungguh memuaskan. Saya memilih jenis pelaminan gebyok tradisional karena rencananya di acara walimahan nanti, saya akan menggunakan busana adat sunda dan menjalani sedikit rangkaian adat sunda, yaitu kehadiran lengser saat kirab pengantin menuju pelaminan dan pembukaan oleh tarian merak.
Dekorasi Pelaminan Gebyok Tradisional by Shafira Decoration |
Dekorasi pada jalur VIP menuju pelaminan |
Vendor terakhir yang akan kami cari di wedding expo ini adalah untuk fotografi. Lagi-lagi, vendor yang dulu pernah digunakan kakak saya tidak rekanan dengan Gedung Balai Sudirman sehingga saya harus mencari vendor baru. Saya pun mencoba mencari rekomendasi dari beberapa teman kakak saya yang juga menggunakan Balai Samudra sebagai tempat walimahannya. Tanpa memilih-milih lagi ke stand lain, saya pun langsung menuju vendor Adiza Photography yang sudah direkomendasikan oleh dua orang kakak kelas saya. Alhamdulillah, setelah mendapatkan sedikit penjelasan mengenai paket yang ditawarkan, saya dan ibu saya pun langsung setuju untuk memilih Adiza sebagai vendor fotografi kami. Menurut saya, Adiza memang sudah menjadi vendor yang begitu profesional, bahkan untuk setiap penambahan yang tidak tertera di paket awal, kami akan mendapatkan penambahan biaya juga. Hehe..
Beberapa foto hasil Adiza Photography |
Untuk vendor fotografi ini memang hanya mengerjakan foto dan video selama acara berlangsung, dari mulai akad nikah, acara adat sampai resepsi malam. Sedangkan untuk prewed, saya dan suami menganut paham "no prewed". Namun, untuk mengisi beberapa spot di gedung dengan foto, kami berencana untuk meletakkan beberapa foto kami dari bayi sampai foto akad nikah kami di pagi harinya. Hampir semua foto yang kami gunakan adalah foto-foto yang sudah ada, hanya tinggal di edit dan dicetak. Bahkan, yang lucunya, saya dan suami sama-sama memiliki foto bayi dengan pose yang sama. ^^
Alhamdulillah, empat vendor sudah kami temukan di wedding expo Bidakara ini. Hal ini cukup membuat saya tenang. Selanjutnya, kami hanya tinggal memfollow up beberapa hal teknis. Dari ke empat vendor ini, hanya bagian tata rias dan busana yang membutuhkan banyak waktu untuk follow up, sedangkan untuk tiga vendor lainnya sudah dapat kami tuntaskan segala hal teknisnya di wedding expo kedua yang kami datangi sekitar di bulan Juni-Juli 2013 di Balai Sudirman dan finishing dilakukan saat technical meeting di dua pekan sebelum hari H.
Untuk souvenir, saya berencana untuk memberikan sesuatu yang berbeda. Saat pernikahan kakak saya dulu, souvenir pernikahannya adalah tanaman hias kecil. Keluarga saya memang sangat menyukai tanaman, oleh karena itu, sepertinya saya pun akan mencari jenis tanaman hias lagi untuk dijadikan souvenir. Alhamdulillah, suami saya pernah mendatangi sebuah kebun bunga di daerah Lembang yang ternyata menyediakan beberapa jenis tanaman hias yang bisa dijadikan sebagai souvenir pernikahan yaitu Rumah Bunga Rizal di daerah Maribaya. Akhirnya, saya dan keluarga pun menyempatkan untuk pergi ke Rumah Bunga Rizal dan mengurus souvenir pernikahan ini. Saya memilih untuk menggunakan jenis succulent dibandingkan kaktus, karena menurut saya succulent terlihat lebih cantik. Setelah menyesuaikan jenis dan ukurannya, kami pun menuntaskan perihal souvenir ini yang nantinya akan dikirim ke Jakarta saat hari H. Alhamdulillah, beberapa tamu merasa senang dengan souvenir ini. Bahkan, salah satu saudara dari Sumedang berhasil menumbuhkan succulent ini hingga berukuran tiga kali lebih besar dari ukuran awal.
Souvenir succulent by Rumah Bunga Rizal |
Terakhir, sebenarnya ini bukanlah sesuatu yang saya persiapkan sendiri, melainkan hadiah dari suami saya tercinta, yaitu mahar pernikahan. Saat sebelum menikah, calon suami saya menanyakan kepada saya mengenai mahar yang saya inginkan. Saya pun menjawab bahwa saya ingin 5 gram emas dan 10 dirham yang diambil dari tanggal pernikahan kami kelak yaitu 5 Oktober. Saya memilih untuk diberikan logam mulia karena terinsipirasi dari pernikahan di zaman Rasulullah. Setelah saya mengungkapkan keinginan saya itu, tiba-tiba suami saya menawarkan sebuah mahar yang jauh melebihi ekspektasi saya namun tetap memenuhi permintaan saya. Dia menawarkan sebuah mozaik berukuran kurang lebih 1,5 m persegi dengan gambar wajah saya dan suami yang disusun dari 2013 koin uang 100 rupiah. Alhamdulillah, saya sungguh senang dengan mahar yang akan diberikan oleh suami saya. Ide yang ditawarkan suami saya benar-benar belum pernah terbayang sedikitpun oleh saya dan saya benar-benar excited mengenai mahar yang unik ini. Beberapa bulan sebelum hari H, saya pergi ke daerah Padasuka, Bandung, untuk melihat langsung contoh mozaiknya dan membicarakan masalah mahar ini di Oenique Wedding. Alhamdulillah, hasilnya pun sangat bagus dan memuaskan. Sampai saat ini, mahar ini masih terpasang dengan kuat di salah satu dinding rumah kami. Terima kasih banyak suamiku.
Mahar mozaik wajah yang terdiri dari 5 gram emas, 10 dirham dan 2013 koin uang 100 rupiah by Oeniquewedding |
Alhamdulillah, kira-kira itulah beberapa "printilan" yang saya dan keluarga saya urus untuk hari besar saya dan suami di tanggal 5 Oktober 2013. Walaupun terdapat beberapa kekurangan di sana sini, namun kami sekeluarga tetap bersyukur karena secara garis besar, acara yang sudah kami persiapkan sejak beberapa bulan sebelumnya dapat berjalan cukup lancar. Alhamdulillah. Semoga tulisan saya kali ini dapat bermanfaat bagi teman-teman yang sedang mempersiapkan hari besarnya. ^^