"Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan
terutama dalam bidang kesehatan.
Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan Kedokteran Gigi.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya
dan keilmuan saya sebagai Dokter Gigi.
Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan Kedokteran Gigi saya
untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan.
Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh
supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan,
politik kepartaian, atau kedudukan sosial.
Saya ikrarkan sumpah janji ini dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh keinsyafan."
Tepat dua hari yang lalu, dalam sebuah upacara yang khidmat, saya dan sekitar tiga puluhan orang dokter gigi baru lulusan FKG UI melafalkan sumpah dokter gigi ini dengan penuh kesungguhan. Akhirnya, kami resmi mengemban amanah baru sebagai seorang dokter gigi. Sebuah amanah baru untuk bisa menjadi insan kesehatan yang berguna bagi masyarakat Indonesia. Lafal sumpah ini terasa begitu dalam memasuki pikiran saya, terlebih lagi ketika diawali dengan lafazh "Demi Allah". Sebuah janji yang tidak main-main, yang harus dapat saya pertanggungjawabkan di akhirat nanti.
Upacara sumpah ini benar-benar mengingatkan saya bahwa 'lulus' bukanlah sebuah akhir, melainkan sebuah awal dari kehidupan baru saya sebagai seorang dokter gigi. Apapun pekerjaan saya kelak, apakah sebagai seorang klinisi atau seorang akademisi, ilmu yang telah saya dapatkan selama belajar kedokteran gigi haruslah dapat saya pergunakan dengan sebaik mungkin demi kepentingan masyarakat, karena saya sudah bersumpah untuk itu.
Kelulusan ini bukanlah milik saya semata, karena dengan lulusnya saya dan teman-teman sebagai dokter gigi, maka Indonesia pun kini sudah memiliki tenaga dokter gigi baru yang masih sangat dibutuhkan di negeri ini. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pun akhirnya menambah daftar lulusannya. Dan yang paling penting, kedua orangtua saya akhirnya menyelesaikan amanahnya untuk menyekolahkan saya sampai selesai, Alhamdulillah. Perasaan bahagia dan haru menjadi satu saat akhirnya saya bisa mengucapkan terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam sambil memberikan setangkai bunga mawar kepada kedua orangtua saya di acara kemarin. Setetes airmata kebahagiaan pun hadir tanpa diminta. Akhirnya, saya bisa mempersembahkan sebuah hadiah terbesar kepada mereka, walaupun ini tetap tidak dapat membalas begitu banyak pengorbanan yang telah mereka lakukan demi saya.
Mengenang kembali betapa jatuh bangunnya kami dalam menjalani masa klinik membuat kebahagiaan itu semakin memuncak karena akhirnya kami bisa melewatinya dengan baik walaupun harus diiringi dengan banyak peluh dan airmata. Dan kini, sebuah misi baru telah menanti kami untuk dapat kami laksanakan dengan sungguh-sungguh. Mungkin, cobaannya akan lebih berat dibandingkan saat masih berada di masa klinik, namun saya yakin, semakin tinggi permasalahan yang Allah berikan, maka semakin besar juga kemampuan kita untuk melewatinya karena Allah Maha Adil, Maha Mengetahui yang terbaik bagi kita semua.
Semangat teman sejawat semua! Indonesia menanti pengabdian dan pelayanan kita sebagai seorang dokter gigi yang profesional. Lafal sumpah yang telah kita ucapkan bersama harus terus menjadi pengingat bagi kita bahwa kita semua sudah berjanji kepada Allah bahwa kita akan melakukan yang terbaik untuk profesi ini. Semangat!!
*teruntuk teman-teman yang masih berjuang, tetap semangat kawan! Sebuah perjuangan pasti berbuah manis pada akhirnya, percayalah kepada waktu terbaik yang telah ditetapkan olehNya. Semangat!
thanks for the picture, doc ^_^