Sudah hampir 6 tahun saya berkenalan dengannya, cukup mendalaminya dan akhirnya jatuh cinta kepadanya. Pengabdian Masyarakat, saya rindu...
Tahun 2007 adalah saat pertama bagi saya untuk akhirnya mengenal lebih dalam arti dari kata pengabdian masyarakat. Saya yang semasa SMA lebih sering bermain di dunia seni budaya, akhirnya mencoba bidang baru di organisasi kampus. Waktu itu, saya masih seorang mahasiswa tingkat satu Fakultas Kedokteran Gigi yang mungkin mengartikan dunia "pengmas" dengan "sterilisasi alat baksos", karena setiap ada bakti sosial berupa pengobatan gigi gratis, mahasiswa tingkat satu memang hanya berurusan dengan air sterilisasi , sikat gigi dan alat-alat pengobatan gigi.
Alhamdulillah, baksos pengobatan pertama saya di FKG, saya terpilih untuk masuk ke dalam tim pengobatan dan menjadi petugas sterilisasi, berbeda dengan teman-teman lain yang berada di tim penyuluhan. Bukannya saya merendahkan penyuluhan kesehatan gigi, tapi saya sudah pernah melakukannya semasa ospek di awal dulu. Di sesi pengobatan, walaupun tugas saya hanya mencuci alat yang kotor dan mengurus pengisian air kumur untuk pasien, tapi saya merasa sangat bersyukur karena bisa melihat langsung bagaimana senior-senior saya menghadapi pasiennya. Di sana jugalah saya mulai mempelajari alat-alat yang mungkin materi kuliahnya baru akan saya dapatkan di tingkat dua dan tiga. Mulai mengamati bagaimana menjadi dokter yang bisa melayani pasien dengan hati, bagaimana menangani pasien anak-anak yang hampir semuanya takut dengan dokter gigi dan bagaimana bekerjasama dalam sebuah tim pengobatan yang kompak. Baiklah, baksos kali ini sudah membuat hati saya terpaut dengan 'pengmas'.
Tahun -tahun selanjutnya, pengalaman pun makin bertambah. Jika di tingkat satu, saya hanya bisa berpartisipasi sebagai petugas sterilisasi , di tingkat dua, saya bisa menangani pasien langsung di bagian pemeriksaan. Tingkatan tugas pun makin meningkat ketika di tahun ketiga mulai menjadi asisten operator dan akhirnya di tahun ke empat, saat saya sudah masuk stase klinik, saya mulai berperan sebagai operator yang benar-benar langsung menangani pasien sendiri dengan segala peralatan yang seadanya. Tidak jarang, saya mendapatkan banyak "skill" baru dalam merawat pasien saat baksos ini. Praktek-praktek yang tidak pernah saya dapatkan di klinik kampus dengan fasilitas dental unit yang canggih , akhirnya bisa saya temukan di ruangan baksos pengobatan yang hanya bermodalkan bangku , meja sekolah dan senter. Pasien yang ditangani pun menjadi sangat beragam, mulai dari preman sampai pak RT di daerah itu. Kemampuan berkomunikasi juga menjadi hal yang cukup penting, bahkan terkadang, kami membutuhkan penerjemah ketika menghadapi pasien yang tidak bisa berbahasa Indonesia.
Baksos di Palu, 2012 |
Baksos pengobatan telah menjadi kenangan yang paling indah buat saya selama berada di bidang pengabdian masyarakat ini. Alhamdulillah, pengalaman yang didapatkan dari baksos ini bukan hanya saat menjalani baksosnya saja, apalagi kalau baksos ini dilakukan di luar kota, bahkan di luar pulau. Lagi-lagi, saya bersyukur karena diberi kesempatan oleh Allah karena pernah merasakan baksos di tanah Kalimantan, Madura, Maluku dan Sulawesi. Pengalaman melalui perjalanan yang berjam-jam dengan jalanan seperti off road pun pernah saya alami. Menginap di rumah warga, mengobrol dengan bahasa daerah yang terkadang membuat saya harus bertanya apa artinya bahkan bermain voli bersama di saat kegiatan pengobatan telah selesai adalah kenangan yang membuat rasa lelah setelah menangani ratusan pasien pengobatan pun hilang seketika.
Main voli dengan warga, kersos 2008 di Banjarmasin |
Bahagia itu dirasakan saat melihat wajah pasien saya yang sudah tua tersenyum sambil mengucapkan terima kasih dengan bahasanya bahwa giginya sudah terasa lebih baik. Bahagia juga sangat terasa ketika berhasil merawat pasien anak yang tadinya menangis ketakutan menjadi sangat kooperatif menjalani perawatan giginya. Bahkan, terkadang rasa haru pun muncul ketika melihat seorang anak yang berusaha memberanikan dirinya untuk dicabut padahal sebenarnya dia sangat takut. Bahagia itu terus mengalir selama baksos itu berjalan.
Pengabdian masyarakat memang bukan hanya berkisar di baksos kesehatan gigi saja. Saya juga pernah merasakan tertular aura bahagia anak-anak panti asuhan yang pernah kami datangi untuk kegiatan taman bacaan. Di sana, kami memberikan buku bacaan untuk mereka dan mereka dengan manjanya meminta kami untuk membacakan ceritanya. Lain lagi ceritanya, saat berkunjung ke panti werdha. Nenek dan kakek yang ada di sana benar-benar sangat senang dengan kehadiran kami yang hanya datang untuk mendengarkan mereka bercerita dan memberikan sedikit makanan ringan untuk persediaan mereka. Pengabdian masyarakat ini benar-benar sudah membuat saya tertular berbagai perasaan bahagia.
Saat ini, saya sudah berada di tingkat akhir menuju waktu kelulusan saya. Dunia koas memang sudah menyita banyak perhatian dan pikiran saya. Saya pun sudah tidak lagi berada di dalam organisasi kampus yang membuat saya semakin jauh dengan dunia pengabdian masyarakat ini. Baksos yang pernah saya ikuti semasa ini pun hanya sekitar tiga kali. Saya yakin, fase klinik yang harus saya jalani ini adalah bekal bagi saya untuk bisa mengabdikan diri lebih baik lagi nantinya di tengah masyarakat. Tapi, saya tidak memungkiri bahwa saya rindu dengan kegiatan sosial itu. Saya ingin merasakan lagi perasaan itu. Kebahagiaan dan kepuasan hati saat melihat orang yang kita rawat tersenyum dengan sangat puas.
Saya rindu kegiatan itu dan semoga saya bisa kembali melaksanakannya dengan kemampuan yang lebih baik lagi nanti, Aamiin..