Ketika musim penghujan datang, masyarakat tidak hanya harus menyiapkan payung sebelum hujan, tapi juga bersiap untuk menghadapi luapan air hujan yang akan menyebabkan banjir dimana-mana. Jakarta memang sudah sering sekali dilanda musibah yang satu ini. Bahkan, beberapa daerah di Jakarta memang sudah dikatakan "langganan" dengan banjir ini.
Sebetulnya, kerugian pasca banjir ini tidaklah sedikit, tapi sepertinya masayarakat Jakarta masih lebih memilih untuk tetap menjadikan banjir ini sebagai sebuah tradisi. Perbaikan dan usaha untuk menanggulangi banjir sebenarnya sudah dilakukan oleh pemerintah daerah Jakarta, tapi lagi-lagi sepertinya usaha ini belum maksimal dan belum didukung oleh seluruh masyarakat Jakarta itu sendiri. Kondisi pemukiman yang padat, pembagunan fisik yang terjadi di hampir seluruh wilayah dan kebiasaan buruk masyarakat dalam menjaga lingkungan seperti penebangan liar di daerah pegunungan dan membuang sampah ke sungai menjadi beberapa penyebab terjadinya banjir rutin ini.
Saya sebagai warga kota sebelah, Tangerang, juga ikut merasakan tradisi banjir ini. Penyebabnya lagi-lagi karena tanah resapan air hujan yang semakin lama semakin berkurang. Pembangunan terus terjadi dimana-mana sedangkan saluran air juga semakin penuh dengan sampah yang dibuang sembarangan oleh masyarakat sekitar. Beberapa kali, warga sudah sempat melakukan pembersihan dan perbaikan saluran air untuk mencegah terjadinya banjir. Alhamdulillah, usaha ini sudah cukup membuahkan hasil dan membuat daerah tempat tinggal saya "tidak terlalu rutin" terkena banjir. Tapi, sepertinya usaha ini masih kurang cukup karena tanah resapan air masih belum bertambah. Ketika hujan turun terus menerus, maka air akan mudah sekali untuk menggenang.
Saat saya duduk di bangku SLTP, sekitar tahun 2002-2003, daerah tempat tinggal saya kebanjiran. Air masuk rumah walaupun hanya sekitar 2 cm di dalam rumah dan untuk berangkat ke sekolah, saya harus melewati genangan air setinggi paha orang dewasa sampai ke tempat yang kering karena disitulah mobil saya diparkir. Di tahun 2008 awal, saya kembali merasakan 'kebanjiran' dan menurut saya, banjir tahun ini merupakan yang paling parah. Air masuk ke dalam rumah setenggi betis orang dewasa dan tidak surut sampai 3 hari, akhirnya saya dan beberapa anggota keluarga harus mengungsi ke penginapan terdekat selama beberapa hari. Dan di tahun 2013 awal ini, banjir 5 tahunan kembali mampir ke rumah saya , air masuk ke dalam rumah setinggi 1-2 cm.. Ternyata, kondisi Jakarta di hari ini pun cukup parah. Titik-titik banjir menjadi bertambah, bahkan di daerah pemukiman mewah dan di pusat perkantoran Jakarta.
Banjir di daerah Bundara HI ( merdeka.com ) |
Hujan adalah rahmat dan berkah dari Allah, bahkan saat hujan adalah saat yang mustajab untuk berdoa. Namun, jika kita tidak mampu mensyukuri nikmat Allah dengan menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan, maka banjir menjadi hal yang sulit untuk dihindari. Semoga banjir yang terjadi hari ini bisa cepat surut dan kita bisa lebih berusaha lagi untuk menjaga lingkungan sehingga banjir tidak lagi menjadi tradisi di Jakarta. Aamiin.