Kemarin, aku dan beberapa teman akhirnya dapat menjenguk guru kami tercinta yang saat ini sedang diberikan cobaan olehNya. Setelah melalui perjalanan yang panjang , karena harus memutari daerah Senen sampai 2 kali, akhirnya aku dan teman-teman tiba di sebuah rumah yang terletak di Jl.Bungur Besar Gang 8 C no 191, Jakarta Pusat.
Setiba disana, kami disambut hangat oleh keluarga besar Guru kami yang saat itu sedang berkumpul disana. Begitu melangkahkan kaki memasuki rumah, entah kenapa, hatiku berdebar dan bertanya-tanya, Bagaimanakah Kabar Pak Zul? ( sapaan kami kepadanya) . Foto terakhir yang kulihat di grup BBM, menunjukkan kondisi yang kurang baik, senyum Pak Zul sudah tidak lagi hadir di wajahnya yang semakin tirus. Aku khawatir. Dan ternyata, Ibu Yuli ( istri Pak Zul ) mengajak kami ke kamarnya dan menunjukkan kondisi Pak Zul yang hanya bisa terbaring lemas di atas kasur yang berada di atas lantai kamar dengan sebuah selang yang terhubung ke hidungnya. Mata bapak terpejam karena sedang menikmati tidurnya. Seketika, aku merasa lemas dan airmata ini hampir memberontak untuk jatuh , namun aku masih bisa menahannya. Terlebih lagi, saat melihat kondisi Ibu Yuli yang sangat sabar bahkan beliau sangat ceria menyambut kedatangan kami.
Yah, kondisi Pak Zul memang memburuk saat ini. Di Bulan April lalu, Alhamdulillah, Pak Zul dan istrinya sempat melakukan ibadah umrah ke rumah Allah. Namun, 2 minggu setelah pulang dari umrah, kondisi Bapak langsung menurun. Bapak mulai kesulitan untuk menggerakkan anggota badannya dan juga berbicara. Namun, bapak masih bisa membuka matanya dan duduk di atas kursi roda. Tetapi , sejak beberapa hari yang lalu, kondisi bapak menjadi seperti saat ini. Terbaring di kasur dengan mata terpejam. Untuk makan pun, Bapak menggunakan selang yang dihubungkan ke hidungnya. Bapak memang sudah tidak lagi rutin ke dokter. Ibu memutuskan untuk merawat Bapak dengan terapi sengat lebah dan obat-obatan herbal sesuai saran seorang profesor neurologi ( ahli syaraf ) di Medan.
Ibu menceritakan pendapat beberapa orang mengenai kondisi Bapak, ada yang bilang, usia Bapak hanya tinggal 5 tahun, 'ada juga yang bilang kalau Bapak sudah seperti orang yang mati suri, sudah koma , atau bahkan ada yang mengatakan bahwa ketidaksukaan seseorang kepada Bapaklah yang membuat kondisi Bapak menjadi seperti ini. Hebatnya, Ibu menceritakan semua ini dengan penuh senyum dan semangat yang membuatku kembali kagum kepadanya. Ibu mengatakan dengan lantang " Ibu g percaya omongan orang-orang itu, Ibu hanya akan menyerahkan semuanya sama Allah sambil terus berusaha. Lagian, belum tentu juga, Bapak yang pergi duluan, kita semua kan waiting list?". Perkataan Ibu benar-benar membuatku semakin terharu.
Beberapa kali, kami melihat, Bapak menggerakkan tangan dan kakinya. Dan itulah yang membuatku berpikir bahwa ini bukanlah koma. Ibu terus mengucapkann terima kasih kepada kami atas kunjungan hari itu. Lalu, Ibu mulai menanyakan kondisi kami satu persatu, siapa saja yang sudah lulus, kerja dimana sekarang. Setelah itu, Ibu akan berbicara kepada Bapak " Bang, ini anak-anak kita datang, bangun dong Bang, ini udah ada yang lulus lho, sudah bekerja". Namun, Pak Zul tetap memejamkan matanya tanpa ada respon sedikitpun. Aku kembali terharu.
Kunjungan kami cukup lama dan cerita terus mengalir di sore itu. Ibu menceritakan bagaimana awal bertemu dengan Bapak, bagaimana Bapak mendaftar menjadi guru di IC, dan betapa senangnya Bapak setiap kali mendengar berita bahwa anak didiknya di IC sudah menyelesaikan sekolahnya. Kata Ibu, setiap Bapak mendengar berita anak didiknya lulus, bapak sangat senang seperti mendapat undian. Bapak memang guru yang sangat menyenangkan, beliau cukup tegas untuk anak-anak yang kurang disiplin namun beliau juga tidak ragu untuk bersenda gurau dengan murid-muridnya. Di akhir kunjungan, kami menulis pesan untuk Pak Zul di sebuah kertas. Pesan rindu kami sebagai anak didiknya. Sejujurnya, selama kunjungan itu, aku sering sekali merasa ingin menangis melihat kondisi guruku tercinta dan kehebatan istrinya.
"Pak Zul, semoga cepat sembuh ya Pak. Tetap semangat! kami semua merindukan obrolan penuh tawa dengan bapak. Kami semua ingin menceritakan bahwa kami sudah lulus menjadi sarjana karena didikan Bapak. Cepat Sembuh Pak.. "
Sebelum meninggalkan rumah itu, kami semua berdoa bersama demi kesembuhan Pak Zul.
"Ya Allah, Engkau Yang Maha Memberi Pertolongan, Engkau Yang Maha Berkehendak, Engkau Yang Maha Mengabulkan Permintaan, Sembuhkanlah guru kami, Angkatlah penyakitnya, Kuatkan dan Berikanlah kesabaran kepadanya dan keluarganya dalam menghadapi cobaan dariMu. Aamiin."
Setiba disana, kami disambut hangat oleh keluarga besar Guru kami yang saat itu sedang berkumpul disana. Begitu melangkahkan kaki memasuki rumah, entah kenapa, hatiku berdebar dan bertanya-tanya, Bagaimanakah Kabar Pak Zul? ( sapaan kami kepadanya) . Foto terakhir yang kulihat di grup BBM, menunjukkan kondisi yang kurang baik, senyum Pak Zul sudah tidak lagi hadir di wajahnya yang semakin tirus. Aku khawatir. Dan ternyata, Ibu Yuli ( istri Pak Zul ) mengajak kami ke kamarnya dan menunjukkan kondisi Pak Zul yang hanya bisa terbaring lemas di atas kasur yang berada di atas lantai kamar dengan sebuah selang yang terhubung ke hidungnya. Mata bapak terpejam karena sedang menikmati tidurnya. Seketika, aku merasa lemas dan airmata ini hampir memberontak untuk jatuh , namun aku masih bisa menahannya. Terlebih lagi, saat melihat kondisi Ibu Yuli yang sangat sabar bahkan beliau sangat ceria menyambut kedatangan kami.
Yah, kondisi Pak Zul memang memburuk saat ini. Di Bulan April lalu, Alhamdulillah, Pak Zul dan istrinya sempat melakukan ibadah umrah ke rumah Allah. Namun, 2 minggu setelah pulang dari umrah, kondisi Bapak langsung menurun. Bapak mulai kesulitan untuk menggerakkan anggota badannya dan juga berbicara. Namun, bapak masih bisa membuka matanya dan duduk di atas kursi roda. Tetapi , sejak beberapa hari yang lalu, kondisi bapak menjadi seperti saat ini. Terbaring di kasur dengan mata terpejam. Untuk makan pun, Bapak menggunakan selang yang dihubungkan ke hidungnya. Bapak memang sudah tidak lagi rutin ke dokter. Ibu memutuskan untuk merawat Bapak dengan terapi sengat lebah dan obat-obatan herbal sesuai saran seorang profesor neurologi ( ahli syaraf ) di Medan.
Ibu menceritakan pendapat beberapa orang mengenai kondisi Bapak, ada yang bilang, usia Bapak hanya tinggal 5 tahun, 'ada juga yang bilang kalau Bapak sudah seperti orang yang mati suri, sudah koma , atau bahkan ada yang mengatakan bahwa ketidaksukaan seseorang kepada Bapaklah yang membuat kondisi Bapak menjadi seperti ini. Hebatnya, Ibu menceritakan semua ini dengan penuh senyum dan semangat yang membuatku kembali kagum kepadanya. Ibu mengatakan dengan lantang " Ibu g percaya omongan orang-orang itu, Ibu hanya akan menyerahkan semuanya sama Allah sambil terus berusaha. Lagian, belum tentu juga, Bapak yang pergi duluan, kita semua kan waiting list?". Perkataan Ibu benar-benar membuatku semakin terharu.
Beberapa kali, kami melihat, Bapak menggerakkan tangan dan kakinya. Dan itulah yang membuatku berpikir bahwa ini bukanlah koma. Ibu terus mengucapkann terima kasih kepada kami atas kunjungan hari itu. Lalu, Ibu mulai menanyakan kondisi kami satu persatu, siapa saja yang sudah lulus, kerja dimana sekarang. Setelah itu, Ibu akan berbicara kepada Bapak " Bang, ini anak-anak kita datang, bangun dong Bang, ini udah ada yang lulus lho, sudah bekerja". Namun, Pak Zul tetap memejamkan matanya tanpa ada respon sedikitpun. Aku kembali terharu.
Kunjungan kami cukup lama dan cerita terus mengalir di sore itu. Ibu menceritakan bagaimana awal bertemu dengan Bapak, bagaimana Bapak mendaftar menjadi guru di IC, dan betapa senangnya Bapak setiap kali mendengar berita bahwa anak didiknya di IC sudah menyelesaikan sekolahnya. Kata Ibu, setiap Bapak mendengar berita anak didiknya lulus, bapak sangat senang seperti mendapat undian. Bapak memang guru yang sangat menyenangkan, beliau cukup tegas untuk anak-anak yang kurang disiplin namun beliau juga tidak ragu untuk bersenda gurau dengan murid-muridnya. Di akhir kunjungan, kami menulis pesan untuk Pak Zul di sebuah kertas. Pesan rindu kami sebagai anak didiknya. Sejujurnya, selama kunjungan itu, aku sering sekali merasa ingin menangis melihat kondisi guruku tercinta dan kehebatan istrinya.
"Pak Zul, semoga cepat sembuh ya Pak. Tetap semangat! kami semua merindukan obrolan penuh tawa dengan bapak. Kami semua ingin menceritakan bahwa kami sudah lulus menjadi sarjana karena didikan Bapak. Cepat Sembuh Pak.. "
Sebelum meninggalkan rumah itu, kami semua berdoa bersama demi kesembuhan Pak Zul.
"Ya Allah, Engkau Yang Maha Memberi Pertolongan, Engkau Yang Maha Berkehendak, Engkau Yang Maha Mengabulkan Permintaan, Sembuhkanlah guru kami, Angkatlah penyakitnya, Kuatkan dan Berikanlah kesabaran kepadanya dan keluarganya dalam menghadapi cobaan dariMu. Aamiin."
2 komentar:
gw rada kaget tau kalo pak zul udah dua bulan tidur ga bangun. tapi ya, cuma sama skenario Tuhan kita bisa pasrah. semoga sakit beliau bisa menghapus semua dosa beliau di masa lampau amiin. ngomong2 gw sangat terkesan sama istrinya. dia ngobrol dan becanda ke kita seolah cobaan yg lagi dia hadapi itu ga berat. beruntung banget ya pak zul.
Iya syad, emang kaget dan sedih banget liat kondisinya skrng, semoga doa kita semua dikabulkan ,, aamiin... Bu Yuli emang wanita luar biasa, gw kagum dan salut banget sama beliau.. Gw blm tentu bisa begitu klo ada di posisi yang sama...
Posting Komentar