"Wah bu, ada dua ya? ", ucap sang dokter spontan saat menggerakkan alat usg di atas perutku sambil melihat ke monitor usg. Aku dan suami langsung bertatapan dengan wajah yang sama sama terkejut.
"Alhamdulillah ya bu langsung dapat dua", lanjut sang dokter. Aku pun mengucap hamdallah dengan wajah yang masih saja tidak percaya. Janinku kembar?
Alhamdulillah beberapa minggu yang lalu, saat aku sudah telat haid selama 1 minggu lebih, hasil testpack menyatakan bahwa aku positif mengandung. Beberapa minggu setelahnya, aku dan suami mencoba memastikan kehamilan ini dengan kontrol ke dokter kandungan dan ternyata kantung kehamilan itu memang sudah ada namun saat itu baru terlihat hanya 1 kantung kehamilan saja. Alhamdulillah, kami pun mulai yakin bahwa kini anak pertama kami benar-benar akan punya adik.
Di saat usia kehamilan mencapai usia 11 minggu, kami memutuskan untuk kontrol kembali ke dokter sambil mengonsultasikan masalah morning sickness yang ku alami persis seperti di kehamilan keduaku dulu (kehamilan pertamaku keguguran di usia 5 minggu). Tiba-tiba dokter memberikan kabar yang sangat mengejutkan. Ya, janin yang sedang bertumbuh di dalam rahimku ternyata ada dua.
"Alhamdulillah, plasentanya juga dua bu, jadi insya Allah dapurnya punya masing-masing, bayinya gak akan saling berebut makanan", dokter masih melanjutkan penjelasannya sambil terus memeriksa dengan usg. Aku dan suami kembali mengucap hamdallah.
Jujur saja, kami sangat terkejut dengan hadiah dari Allah ini. Di satu sisi, kami sangat bahagia karena langsung akan diberikan dua penyejuk hati yang akan menambah keramaian keluarga kecil kami namun di sisi lainnya, ada sebuah kekhawatiran di dalam pikiran kami. Akankah kami siap dan sanggup memiliki anak kembar di saat anak pertama kami pun baru akan berusia 3 tahun di akhir tahun ini? Namun akhirnya kami yakin bahwa jika Allah menganugerahkan dua bayi ini maka insya Allah kami pun akan siap mendidik mereka berdua bersamaan dengan aa nya. Aamiin.
Berbicara soal kembar, dulu aku memang sempat berkeinginan memiliki anak kembar, terlebih lagi saat mengetahui bahwa sepupu suamiku ada yang kembar sama seperti sepupuku yang juga kembar namun sudah meninggal tidak lama setelah dilahirkan. Ya, bisa dibilang, kami sama-sama memiliki sepupu kembar sehingga mungkin saja gen kembar itu memang ada di kedua keluarga kami. Hal ini menambah kemungkinan bahwa kami bisa memiliki keturunan kembar. Namun setelah menikah dan memiliki anak pertama, keinginan memiliki anak kembar ini seperti hilang ditelan waktu, aku tidak pernah lagi memikirikannya sampai ketika saat kontrol kehamilan ini yang pertama kalinya, kami bertemu dengan salah seorang teman yang ternyata istrinya sedang mengandung anak kembar. Saat itu, aku sempat berpikir dalam hati " sepertinya lucu ya kalau memiliki anak kembar". Akhirnya di kontrol selanjutnya, berita mengejutkan ini pun akhirnya kami dapatkan.
Begitu mendapat berita bahagia ini, aku langsung mencoba berkonsultasi dengan beberapa teman yang sudah berpengalaman memiliki anak kembar. Tanpa disangka ternyata responnya cukup membuat bersemangat. Seorang teman hanya mengatakan "hamilnya berat teh", seorang kawan lagi mengatakan "gk usah jauh-jauh mikirin cara merawat anak kembarnya nanti, perhatiin aja dulu pas hamilnya". Wah ternyata perjuangan baru sudah menanti kami berdua.
Beberapa orang mengatakan bahwa pengalaman kehamilan tiap anak berbeda-beda. Sepertinya begitupun dengan kehamilan ketigaku yang kini diisi dua janin kembar. Morning sickness masih akrab menemani di kehamilan kali ini, walaupun frekuensi muntahnya tidak sesering di kehamilan sebelumnya. Berat badanku pun tidak perlu turun sampai 2 kg karena sudah menerapkan pola makan yang pernah dianjurkan dokter terdahulu. Namun, walaupun tidak turun, berat badanku sangat sulit naik. Selama 1 bulan berat badanku diam di tempat padahal frekuensi makan sudah jelas lebih banyak dan ternyata kemungkinan penyebabnya adalah karena ada dua janin yang menyerap sari makanannya. Selain mual dan muntah, di kehamilan kali ini aku juga cukup sering merasakan kembung dan sebah. Ya, lagi-lagi kemungkinan peran hormon sangat berpengaruh di sini.
Yang terlihat jelas berbeda dari kehamilan kembar adalah ukuran perut yang cepat sekali bertambah besar dibandingkan kehamilan tunggal. Hal ini tentu disebabkan karena di dalam satu rahim ini kini terisi dua janin dengan dua plasenta. Usia kehamilan pun seringkali menjadi salah jika ditebak oleh orang lain yang tidak mengetahui kondisi kembar ini. Biasanya bisa berbeda 2 bulan antara tebakan orang dengan kondisi yang sebenarnya. Hal ini pula lah yang membuat aku merasa seperti tidak mengalami trimester 2. Karena di saat usia kehamilan 4 bulan, tampilan dan beratnya sudah seperti yang hamil 6 bulan. Bahkan gerakan bayi pun terasa lebih awal dirasakan dibandingkan saat kehamilan tunggal. Kondisi ini pula lah yang membuat beberapa gejala seperti nyeri punggung, nyeri tulang pubis, nyeri pinggang dan rasa berat melanda lebih awal, yaitu sekitar sejak kehamilan memasuki usia 5 bulan. Di pertengahan trimester dua, aku dan suami juga sudah diberitahu mengenai jenis kelamin si kembar. Ternyata aku masih belum mendapat teman. Ya, dua janin ini insya Allah berjenis kelamin laki-laki. Bismillah, kelak rumah kami akan semakin ramai dengan tiga anak laki-laki. Aamiin. (Semangat bu!!^^) Memasuki akhir trimester 2, gerakan dua janin ini semakin ramai dan heboh memenuhi perutku. Terkadang yang satu menendang di kanan, yang satu lagi sedang cegukan di kiri, atau bahkan yang satu sedang mengulet di bagian bawah, yang satunya lagi sedang asik meninju-ninju di bagian atas. Rasanya sungguh lucu walaupun terkadang terasa cukup nyeri. Gerakannya pun cukup terasa jika diraba dengan tangan bahkan jika dilihat dengan mata kosong pun bisa terlihat dengan jelas.
Di awal trimester 3, semakin banyak yang menyangka bahwa aku sudah mendekati waktu melahirkan padahal saat itu baru masuk bulan ke 7. Berat badanku yang hanya naik sedikit membuat perut ini benar-benar terlihat besar sendiri. Memang di kehamilan kembar ini, kemauanku untuk makan banyak tidak seperti di kehamilan sebelumnya. Alarm lapar itu seperti hilang karena lambungku yang mungkin tertekan oleh dua janin. Hal ini membuatku menjadi jarang sekali merasa lapar sehingga alarm untuk makan pun biasanya kurasakan saat kepala sudah mulai pusing dan badan terasa lemas. Sampai saat ini pun, di usia kehamilan 8.5 bulan, total kenaikan berat badanku hanya sekitar 10 kg dengan berat janin yang sudah mencapai hampir 5 kg untuk dua janin. Di kehamilanku sebelumnya aku juga hanya mengalami peningkatan berat badan sebanyak 7 kg. Sepertinya setiap hamil, semua makanan yang ku makan langsung diserap oleh janin yang kukandung sehingga kenaikan berat badannya selalu sedikit. Dengan kondisi perut yang semakin besar, di usia 7 bulan kehamilan, aku sudah kesulitan untuk sujud saat sholat karena perut ini membuatku merasa sesak ketika sujud sehingga aku pun mulai sholat sambil duduk. Di usia 8 bulan kehamilan bahkan aku sudah mulai cuti praktik karena perut ini sudah cukup menghalangi posisi kerjaku di dental unit. Berbeda dengan kehamilan sebelumnya yang masih mengijinkanku untuk praktik hingga 9 bulan. Baju-baju hamil yang dulu juga cukup hingga usia kehamilan 9 bulan, kini di usia 7 bulan saja sudah tidak cukup lagi. Alhamdulilllah, memang beda sekali ya rasanya mengandung dua janin kembar.
Satu hal yang jelas membedakan antara kehamilan kali ini dengan kehamilan sebelumnya adalah adanya seorang anak balita yang mengiringi perjalanan kehamilanku kini. Ya, kehadiran anak pertamaku yang kini baru akan berusia 3 tahun cukup menjadi tantangan tersendiri. Di saat perutku sudah membesar dan masuk trimester 3, terkadang anak pertamaku ini masih minta dipangku saat duduk di mobil. Bahkan saat aku mulai kesulitan untuk berjongkok atau membungkuk, terkadang si kecil ini masih dengan manjanya memintaku membantunya untuk ke kamar mandi. Namun, seiring berjalannya waktu, balita ini pun mulai memahami kondisi ibunya. Kini dia sudah lebih mandiri. Di mobil sudah mau duduk sendiri bahkan sampai tertidur sendiri. Saat mau ke kamar mandi pun, kini dia sudah mau dibantu oleh Abi nya, neneknya atau pengasuhnya saja. Walaupun terkadang dia masih terlihat sedikit cemburu dengan rencana kehadiran dua adik baru tapi tidak jarang juga dia mengelus sayang perutku yang sudah besar ini (atau tiba-tiba mengelus gemas ><). Bahkan saat aku sudah mulai sering mengalami kontraksi palsu, dia akan memegang perutku dan berkomentar "ih, perut ibu ko keras kaya batu". Ya, semoga kelak kamu akan jadi aa yang sholeh dan hebat ya nak. Aamiin..
Kini usia kehamilanku sudah menginjak usia 35 minggu. Aku sudah berada di tahap lemah yang bertambah-tambah seperti yang digambarkan dalam Alquran. Tidur semakin tidak nyaman, beraktivitas di luar rumah pun terasa sangat mudah merasa lelah. Namun, insya Allah, aku yakin Allah memberikan kekuatan tersendiri dalam kehamilanku ini. Menurut dokter, posisi kedua bayi ini masih melintang sehingga akan sulit jika ingin melahirkan normal. Oleh karena itu, kemungkinan di saat usia kehamilan sudah mencapai 36 minggu dan kondisinya sehat maka dokter akan merencakan untuk operasi. Bismillah. Walaupun sempat berharap untuk bisa melahirkan tanpa operasi seperti di kelahiran anak pertamaku namun kini aku lebih menyerahkan segala sesuatu yang terbaik kepada Allah Yang Maha Mengetahui. Jika memang operasi adalah jalan yang terbaik, maka semoga aku dan suami sudah siap secara mental dan fisik dalam menghadapinya. Semoga kelak dua bayi ini lahir dengan sehat dan lancar dan kami sekeluarga bisa merawat kedua bayi ini dengan sebaik-baiknya. Aamiin..
- *ps : terima kasih banyak kepada suami dan si kecil yang selalu mendukung dalam kehamilan kali ini. Kita sama-sama tunggu kehadiran dua anggota baru keluarga kita ya.. mohon doanya.. ^^