Selasa, 18 Maret 2014

Our First Journey (part 2 )

Day 2 ( 07-10-13 )

Setelah makan pagi sekitar pukul 10, kami pun segera bersiap untuk meninggalkan wilayah Pegunungan Tengger dan melanjutkan perjalanan menuju air terjun Madakaripura. Aktivitas yang cukup melelahkan selama di Bromo membuat kami tertidur selama 4 jam perjalanan.

Kami tiba di lokasi kedua ini sekitar pukul 2 siang. Cuaca saat itu cukup teduh, cenderung mendung. Awalnya tour guide kami sempat ragu mengenai kondisi cuaca ini karena jika hujan turun deras maka satu-satunya jalan yang akan kami gunakan menuju lokasi air terjun bisa saja menjadi longsor. Alhamdulillah, setelah bertanya kepada petugas disana, mereka masih mengijinkan kami untuk melewati akses yang sebenernya pun sudah pernah tertimpa longsor beberapa waktu lalu ketika hujan sering turun dengan sangat deras.

Sebenarnya untuk mencapai lokasi air terjun, pengunjung dapat menggunakan sebuah jalur pejalan kaki yang disusun rapi dengan coneblock. Namun, lokasi jalur pejalan kaki ini memang berada di pinggir tebing dan sungai. Jadi, sebelah kiri jalan adalah tebing dan sebelah kanan jalan adalah sungai dengan aliran air yang tidak terlalu deras. Setelah kejadian longsor beberapa waktu lalu, jalur pejalan kaki ini pun tertutup sebagian oleh longsoran tanah, sehingga para pengunjung kini harus menggunakan jalur air sungai untuk mencapai lokasi air terjun. Kami pun mulai menapaki jalur pejalan kaki selama belum terhalang oleh longsoran tanah, jika sudah terhalang, maka kami akan turun ke sungai dan melanjutkan perjalanan melewati batu-batu kali yang cukup besar. Jika jalur pejalan kaki sudah kembali bisa dilewati, kami kembali naik ke atas dan melalui jalur daratan sampai nanti akan bertemu lagi dengan longsoran tanah, turun lagi ke sungai, dan begitulah seterusnya.

Ternyata, perjalanan wisata alam kali ini benar-benar menguras tenaga. Setelah beraktivitas fisik di Gunung Bromo, kini di air terjun Madakaripura, kami pun kembali harus naik turun demi mencapai lokasi. Walaupun cukup melelahkan, tapi semuanya bisa dijalani karena pada akhirnya water tracking yang tidak direncakan ini pun menjadi terasa sangat seru.

Beberapa meter sebelum lokasi air terjun, tour guide kami mengatakan bahwa di depan, kami akan lewat di bawah kucuran air terjun sehingga kami pasti akan basah jika tidak menggunakan jas hujan atau payung. Akhirnya, kami menyewa jas hujan yang memang disediakan oleh para penyewa di sekitar lokasi.Seru sekali lewat di bawah kucuran air terjun. Dengan kaki yang sudah basah karena masuk ke dalam aliran sungai, bagian kepala kami pun juga merasakan dinginnya air terjun seperti sedang mandi dengan shower.


Setelahnya, kami pun tiba di lokasi utama air terjun Madakaripura ini. Katanya, di air terjun inilah Patih Gajah Mada bersemedi selama beberapa waktu, bahkan tour guide kami pun menunjukkan tempat Patih Gajah Mada bersemedi yang terletak sekitar 3-4 meter di atas permukaan tanah. Setelah puas bermain dengan nuansa gunung, pasir dan savana di Pegunungan Tengger tadi pagi, kini saatnya untuk bermain-main dengan air terjun yang sangat jernih di Air Terjun Madakaripura ini. 



Setelah mengambil beberapa gambar dan sedikit bermain air, kami pun memutuskan untuk kembali ke depan karena waktu sudah semakin sore dan hujan mulai turun rintik-rintik. Di perjalanan pulang menuju tempat parkir, hujan turun semakin besar walaupun tidak terlalu deras. Kami pun berhenti sejenak di sebuah warung kecil untuk menunggu hujan reda , sambil memakan beberapa gorengan dan meminum secangkir minuman hangat untuk sedikit menghangatkan tubuh kami yang mulai kedinginan setelah bermain air tadi.


Di saat hujan mulai reda, kami memulai kembali perjalanan pulang melalui jalur yang sama , yaitu jalur sungai dan jalur pejalan kaki yang terpotong longsoran tanah. Sesampainya di tempat parkir, kami langsung mengganti pakaian kami yang cukup basah dan bersiap memulai perjalanan lagi menuju kota Malang. Akhirnya, wisata alam kedua kami pun selesai. Alhamdulillah, walaupun track yang harus kami lewati tadi tidak pernah diperkirakan sebelumnya, tapi semuanya masih terasa sangat seru dan menyenangkan, terlebih lagi karena kami menjalaninya bersama-sama. ♥♥

Hari kedua ini belum selesai, kami masih akan melanjutkan perjalanan menuju kota Malang. Rencananya kami akan mampir sebentar di hotel tempat kami menginap di daerah Malang, lalu mencoba keindahan lampion di Batu Night Spectacular. Tour guide yang sedari kemaren menemani perjalanan kami memang hanya akan menemani kami selama di Gunung Bromo dan Air Terjun Madakaripura saja. Selanjutnya, kami akan mencoba bertualang berdua saja di daerah Malang. Saat kami menceritakan rencana petualangan kami untuk malam ini dan esok hari, yaitu bermain-main di Jatim Park 2 yang juga berlokasi di Batu, tour guide kami menyarankan untuk menginap di hotel yang berada di daerah Batu saja, agar tidak bolak-balik ke kota Malang.

Akhirnya, setelah 3 jam perjalanan, kami pun tiba di Malang dan langsung menuju daerah Batu, sambil mencari hotel di daerah sana. Ternyata di dalam lingkungan Jatim Park 2 juga terdapat sebuah hotel, Pohon Inn Hotel. Sebuah hotel dengan konsep yang cukup menarik, terlihat seperti sebuah pohon besar dengan beberapa kamar di dalamnya. Akhirnya, kami pun memutuskan untuk menginap disana. Setelah meletakkan barang bawaan, kami kembali melanjutkan perjalanan ke BNS untuk menikmati keindahan lampion di malam hari walaupun waktu yang tersisa hanya sedikit. 

Setelah puas menikmati indahnya malam bersama berbagai lampion lucu berbentuk karakter, kami pun memutuskan untuk pulang ke hotel dan beristirahat. Besok, kami masih akan melanjutkan petualangan kami di sebuah kebun binatang yang terletak persis di sebelah hotel tempat kami menginap. 

Day 3 ( 08-10-13 ) 

Hari ini kami berencana untuk memanfaatkan waktu yang tersisa untuk bermain mengelilingi Jatim Park 2. Nanti sore, jadwal pesawat kami untuk terbang kembali ke Jakarta adalah pukul 5 sore dan kami akan terbang dari Bandara Juanda di Surabaya. Mengingat jarak tempuh yang cukup jauh, supir mobil rental kami menganjurkan agar kami sudah berangkat menuju Juanda dari jam 2 siang. Jatim Park 2 baru akan buka jam 9 dan kami harus sudah check out dari hotel jam 1 siang. Yah, memang petualangan di Jatim Park 2 ini akan terasa sangat sebentar, tapi kami akan tetap mencoba memanfaatkan waktu yang tersisa. Setelah masuk ke dalam Jatim Park 2, menurut kami, kebun binatang ini terlihat sangat rapi dan modern. Jalur yang disediakan akan mengarahkan pengunjung untuk melihat semua hewan yang ada di dalam kebun binatang ini. Di sini juga disediakan sebuah alat transportasi yang mirip skuter beratap untuk satu orang, jika pengunjung mulai merasa lelah untuk mengelilingi kebun binatang yang cukup luas ini. Dengan waktu yang sangat terbatas, kami pun mencoba menikmati tingkah lucu para hewan yang tidak akan pernah bosan untuk dilihat.

 
Tidak terasa, waktu pun berlalu dan kami sudah harus segera check out dari Pohon Inn Hotel. Setelah keluar dari hotel, kami menyempatkan untuk membeli oleh-oleh khas Jatim Patk 2 dan khas Malang untuk orang-orang terkasih di Jakarta. Akhirnya, perjalanan panjang pertama kami pun selesai. Terima kasih Jawa Timur. Alhamdulillah, sebuah kenangan indah telah mewarnai lembaran awal kehidupan kami berdua. Semoga lembaran-lembaran yang akan hadir selanjutnya akan selalu indah, seindah perjalanan kami kali ini. ♥♥


Our First Journey (part1)

Alhamdulillah, setelah tertunda selama hampir 5 bulan, saya akan menceritakan perjalanan pertama saya dengan suami di awal kehidupan kami. 

5 Oktober 2013, saya menikah dengan lelaki idaman saya yang juga merupakan pilihan Allah, Dani Ferdian. Untuk memulai kehidupan baru, saya dan suami berencana untuk memulainya dengan sesuatu yang menyenangkan dan tak terlupakan. Kami merencakan untuk berjalan-jalan ke daerah pegunungan setelah rangkaian acara pernikahan kami selesai. Entahlah, walaupun tracknya akan lebih melelahkan dibandingkan ke pantai, tapi saya sedang bosan dengan nuansa pasir dan laut. Saya ingin mencari suasana yang sejuk dan menenangkan. Terlebih lagi, saya pernah memiliki mimpi untuk bisa 'naik gunung'. Namun, setelah disesuaikan dengan kondisi fisik saya yang belum pernah mendaki gunung layaknya para pencinta alam, maka saya memilih untuk menaiki gunung Bromo yang katanya tidak terlalu sulit untuk pemula seperti saya. Setelah dari Bromo, saya berencana untuk pergi ke air terjun Madakaripura yang sudah direkomendasikan oleh sepupu saya dan selanjutnya akan menuju kota Malang untuk menikmati beberapa tempat wisata disana. So, here we go...

Day1 ( 06-10-13)
Saya dan suami mulai berangkat dari Bandara Soekarno Hatta menuju Bandara Juanda, Surabaya pada pukul 10.05. Sebuah pemandangan lucu mulai terlihat dari barang bawaan kami. Saya yang terbiasa menggunakan koper saat pergi keluar kota, terlihat membawa satu koper hitam berukuran sedang yang berisi seluruh baju dan perlengkapan ala perempuan yang cukup banyak. Sedangkan suami saya yang sudah cukup sering melakukan aktivitas alam, hanya menggendong sebuah carrier merah berukuran sedang yang berisi beberapa baju, jaket dan sarung tangan sebagai bekal kami untuk mendaki Bromo nanti. Sepertinya, perjalanan koper versus ransel kami akan dimulai.

Setelah tiba di Bandara Juanda, kami langsung dijemput oleh tour guide dari Ekuator Indonesia yang saya dapatkan rekomendasinya dari teman semasa SMA saya yang saat ini pun sudah memiliki travel agent di Bandung ( Teras Nusantara ). Kami langsung menuju Hotel Java Banana yang terletak tidak terlalu jauh dari Gunung Bromo. Ternyata, hotel ini adalah hotel dengan desain yang paling modern di antara hotel lainnya. Saya memilih hotel ini setelah mendapatkan rekomendasi dari beberapa teman. Setelah sekitar 4 jam perjalanan, kami tiba di penginapan ala 'koper' ini. Sesampainya disana, kami langsung beristirahat dan bersiap untuk perjalanan dini hari esoknya.

Day 2 ( 07-10-13 )
Pukul 3 dini hari, kami sudah dibangunkan oleh resepsionis melalui morning call. Kami pun langsung bersiap untuk menuju ke tempat melihat sunrise di pegunungan Tengger yang disebut dengan lokasi penanjakan 1. Dengan jaket tebal, sarung tangan, kaus kaki dan sepatu/sandal gunung, kami pun berangkat menuju lokasi dengan menggunakan sebuah mobil jeep. Perjalanan ke atas memakan waktu sekitar 45 menit. Sesampainya di lokasi, kami turun di tempat parkir jeep dan berjalan kaki menuju lokasi penanjakan 1 . Alhamdulillah, karena ini bukanlah weekend dan musim liburan, maka jumlah wisatawan pun tidak terlalu banyak dan jumlah wisatawan asing terlihat lebih mendominasi. Kami tiba di atas sekitar pukul 4.10. Sambil menunggu waktu Shubuh, kami singgah sebentar di warung kopi untuk memakan pisang goreng hangat dan meminum secangkir jahe hangat untuk mengganjal isi perut sekalian menghangatkan tubuh kami.


Setelah memperkirakan waktu Shubuh ( di sana tidak akan terdengar adzan karena penduduknya mayoritas beragama hindu ), kami pun beranjak menuju tempat shalat yang dekat sekali dengan lokasi penanjakan 1. Saat mengambil air wudhu, air yang dirasakan benar-benar dingin dan membuat saya langsung menggigil. Kami pun shalat berjamaah ditemani angin gunung yang sangat dingin. Setelah selesai Shalat, kami bersiap untuk melihat keindahan sunrise yang katanya adalah sunrise terbaik ketiga sedunia. Di dalam area Penanjakan 1 ini, para wisatawan terlihat mulai memenuhi setiap spot untuk mengabadikan keindahan sunrise di pagi ini. Beberapa wisatawan terlihat menggunakan kamera SLR dengan lensa yang bermacam-macam dan saya pun mencoba untuk ikut mengabadikan kekuasaan Allah di pagi hari ini dengan kamera poket saya. Masya Allah, sungguh luar biasa keindahan alam yang telah diciptakan Allah untuk kita. Saat melihat sang surya muncul, sebuah perasaan bahagia dan syukur langsung memenuhi hati saya. Sebuah kehidupan yang luar biasa telah Allah anugerahkan kepada saya, termasuk sebuah kesempatan untuk bisa melihat keindahan sunrise di pagi ini bersama suami tercinta. Alhamdulillah.



Dari Penanjakan 1 ini juga, kami bisa melihat Gunung Bromo, Gunung Batok, dan bahkan Gunung Semeru. Sungguh indah pemandangan yang dapat kami lihat dari atas sini. Setelah matahari mulai bergerak semakin tinggi, wisatawan pun mulai berkurang dan kami segera memanfaatkan kosongnya daerah itu untuk berfoto bersama dengan latar belakang Gunung Bromo dan Gunung Semeru. Alhamdulillah, sebuah kenangan indah di atas pegunungan ini dapat kami bawa ke Jakarta.


Setelah puas berfoto di area penanjakan 1, kami pun turun menuju tempat parkir mobil jeep. Namun, kami sempat singgah sebentar di sebuah warung untuk memakan jagung bakar, cukup untuk mengisi perut yang mulai lapar. Setelah masuk kembali ke dalam mobil jeep, kami langsung menuju wilayah Gunung Bromo. Melewati lautan pasir, kami berencana untuk berhenti sejenak di sebuah wilayah yang disebut 'pasir berbisik'. Mengapa disebut pasir berbisik?. Ternyata, itu karena halusnya pasir ini menghasilkan suara berbisik saat tertiup oleh angin. Saya pun mencoba berjalan di atas pasir berbisik itu dan kehalusan pasir ini cukup membuat saya kesulitan saat harus kembali menanjak ke atas.


Selesai menikmati area pasir berbisik, kami pun beranjak ke sebuah savana yang terletak tidak jauh dari area pasir berbisik ini. Di sana , katanya, ada bukit yang bertumpuk-tumpuk dan berwarna hijau yang sering disebut sebagai bukit telletubies. Ya, memang ternyata bentuknya mirip sekali dengan bukit-bukit yang menjadi rumah bagi para telletubies di film mereka. Masya Allah, pemandangan ini benar-benar sungguh menyejukkan mata dan hatiku. Hamparan rumput begitu luas dan hijau meneduhkan. Pegunungan ini memang cantik. Dengan tampilan yang sangat berbeda dengan pasir berbisik yang bernuansa abu-abu, savana ini terlihat begitu hijau di area pegunungan Tengger.


Selanjutnya kami kembali ke jeep untuk berangkat menuju lokasi utama, yaitu Gunung Bromo. Di sana, ada banyak sekali kuda yang memang disewakan untuk menjadi kendaraan bagi para pengunjung yang ingin mencapai kaki Gunung Bromo tanpa berjalan kaki. Saya pun memilih untuk menaiki kuda, selain untuk menyimpan tenaga, saya memang ingin sekali naik kuda. Di dalam perjalanan menuju kaki Gunung Bromo, kami melewati sebuah pura yang sangat besar. Pura ini sering digunakan oleh para penduduk yang beragama hindu untuk melaksanakan ibadah di hari-hari besar agama mereka. Pura ini memang terlihat sangat mencolok di tengah-tengah lautan pasir dan gunung-gunung yang menjulang.


Sesampainya di kaki Gunung Bromo, kami pun bersiap untuk menaiki anak tangga yang katanya berjumlah sekitar dua ratusan untuk mencapai puncak. Bismillah, perjalanan akan dimulai. Di sepanjang tangga ini, ada tiga tempat untuk beristirahat dan karena saya sudah kama tidak berolahraga, saya pun selalu beristirahat sejenak di ketiga pos itu, hehe. Setelah perjuangan melawan lelah dan dingin, akhirnya saya tiba di puncak gunung ini. Alhamdulillah, ternyata saya bisa. ^^

Menikmati kawah Gunung Bromo dan pemandangan yang cukup menyejukkan mata di puncak gunung ini telah membuat saya merasa sangat senang. Akhirnya, mimpi saya untuk bisa naik gunung sudah terlaksana. Saya pun mencoba mengabadikan pencapaian mimpi saya itu melalui kamera poket saya. Namun, di balik semua keindahan ini, ada sebuah pemandangan yang kurang enak dipandang mata , yaitu coret-coretan para pengunjung di pagar yang ada di bagian puncak Gunung Bromo ini, sungguh sangat disayangkan, vandalisme itu masih saja menodai keindahan pegunungan ini.

Tidak berapa lama setelah kami turun dari Gunung Bromo, matahari terasa semakin menghangatkan tubuh kami. Akhirnya saya dan suami memutuskan untuk kembali ke hotel dan bersiap untuk melanjutkan perjalanan kami ke tujuan kedua, yaitu air terjun madakaripura. Alhamdulillah, akhirnya Gunung Bromo ini berhasil memberikan kenangan yang sangat indah di awal kehidupan baru kami, semoga kehidupan kami pun akan selalu indah, seindah pemandangan di pegunungan Tengger ini, Aamiin...


...to be continued..