Minggu, 17 Maret 2013

The Sweetest Thing

Februari 2011 adalah saat-saat pertama bagi saya untuk memulai kegiatan sebagai mahasiswa profesi (koas) di FKG UI. Masa pendidikan profesi yang katanya ditargetkan selesai dalam waktu 3 semester, pada kenyataannya, mungkin hanya 1% dari sebuah angkatan yang bisa mencapai target itu. Oleh karena hal itulah, sejak awal saya tidak terlalu "ngoyo" untuk mengejar kelulusan tepat waktu, walaupun saya tetap berusaha semaksimal mungkin. 

Kelulusan dalam pendidikan koas ini memang dipengaruhi oleh banyak sekali faktor. Untuk mahasiswa fakultas lain, mungkin faktor yang mempengaruhi kelulusan hanya berkisar di diri sendiri dan dosen. Berbeda dengan kondisi yang ada di dunia koas gigi, selain dipengaruhi oleh diri sendiri, baik segi materi maupun mental, kelulusan kami juga dipengaruhi oleh para supervisor klinik ( dosen ), jadwal kerja dengan dental unit, dan tentunya keberadaan pasien yang sangat besar andilnya dalam tercapainya gelar dokter gigi bagi kami. 

Setelah menjalani klinik selama 3 semester, alhamdulillah hanya 2 dari 74 orang , mahasiswa koas angkatan saya yang berhasil lulus tepat waktu, sedangkan saya bersama beberapa teman masih berjuang untuk memenuhi "sejibun" requirement yang belum selesai. Allah memang memberikan saya beberapa "istirahat" dalam masa koas ini, saya sempat sakit HFM selama 1 minggu saat berada di stase anak, saya juga pernah mengikuti baksos ke Palu selama 1 minggu dan acara munas PSMKGI di Bali selama 4 hari. Saya berpikir, masih ada kesempatan untuk mengejar kelulusan di Sumpah Dokter bulan November, seperti yang pernah saya targetkan dulu. Tapi ternyata Allah tidak menghendaki. Setelah Sumpah Dokter November pun terlewat begitu saja, akhirnya saya berusaha untuk mengejar Wisuda di bulan Februari 2013. Kalau saya bisa lulus di wisuda itu, berarti saya menyelesaikan pendidikan profesi saya persis 2 tahun lamanya. 

Lagi-lagi, Allah punya rencana lain untuk kelulusan saya. Satu requirement saya masih "buntu", karena belum adanya pasien yang disetujui oleh supervisor, yaitu pasien yang akan saya buatkan gigi tiruan jembatan (bridge). Sudah mencari calon pasien dari bulan Oktober dan menunjukkan kepada supervisor beberapa kali, saya belum  juga mendapatkan pasien ini. Mencari pasien memang harus yang benar-benar berjodoh dengan kita, karena ada saja halangannya. Perjuangan mendapatkan pasien ini sungguh pengalaman yang tak terlupakan untuk saya. Mencari ke kampung-kampung di daerah Salemba selama beberapa hari bahkan sampai mencari lewat media sosial (twitter) pun pernah saya lakukan demi pasien penutup ini.

Bahagia itu benar-benar hadir ketika akhirnya setelah 7 kali mencoba mengindikasikan pasien ke supervisor, pasien saya disetujui oleh supervisor di tgl 31 Januari. Alhamdulillah, Allah langsung memberikan jalan yang mulus buat saya untuk mengerjakan perawatan terakhir ini. Dalam waktu yang relatif cepat, walaupun sempat mengalami beberapa masalah , akhirnya saya berhasil menyelesaikan perawatan ini tanggal 7 Maret 2013. Hari itu, saya cukup bahagia karena pasien saya sudah bisa pulang dengan gigi tiruan baru di dalam mulutnya.  Bahagia itu kembali hadir di saat saya diijinkan untuk mendaftar ujian. Ujian terakhir di masa koas saya ! Tanggal 11 Maret, akhirnya saya mengumpulkan berkas ujian dan tiba-tiba diberitahukan oleh dosen bahwa saya akan ujian di tanggal 14 Maret 2013. ( whaaat???)

Bagaimana saya bisa mempersiapkan ujian yang bahannya sangat banyak dalam waktu 3 hari, padahal biasanya teman-teman saya mempersiapkan ujian ini dalam waktu lebih dari 1 minggu?. Lagi-lagi, Allah memang Maha Berkehendak. Beberapa hari sebelum ujian, saya diberitahu bahwa penguji saya adalah dosen yang termasuk baik dan mudah meluluskan mahasiswanya. Kembali lagi Allah memberikan kesempatan kepada saya untuk merasakan begitu banyak pertolonganNya. Alhamdulillah.

Dua hari efektif saya manfaatkan untuk belajar bersama dan mencoba latihan-latihan soal. Di saat itu pulalah saya berusaha menampung sebanyak-banyaknya doa dari orang-orang terdekat. Bahkan, dosen saya yang pernah bekerja sama di sebuah kepanitiaan tiba-tiba mengirim bbm kepada saya menanyakan perihal ujian saya dan mendoakan agar ujian dapat berjalan dengan lancar. Bahagia itu memang sederhana. Terima kasih dok. 

Hari ujian pun tiba, tidak mungkin saya tidak deg-deg an menghadapi ujian ini. Walaupun pengujinya adalah 2 dosen yang baik, saya tetap tidak tenang. Sungguh sangat berdebar, ditambah lagi, ini adalah ujian penutup saya di masa koas. Ini menentukan masa depan saya. Akhirnya, ujian berjalan dengan cukup lancar selama hampir 1 jam. Entah apa perasaan yang ada di hati saya setelah akhirnya kedua dosen ini menyatakan ujian saya sudah selesai. Saya bahagia karena akhirnya ujian ini selesai tapi masih belum tenang karena belum ada pengumuman. Alhamdulillah, Allah memberikan ketenangan kepada saya dan sebuah rasa optimis. Bahagia kembali hadir saat teman saya bercerita bahwa dia mendengar dosen penguji saya berkata " tuh Risty, udah jadi dokter gigi tuh", saat teman saya sedang belajar dengan beliau. Alhamdulillah. 

Beberapa hari lagi saya mengulang hari kelahiran saya, dan Allah sudah lebih dulu memberikan sebuah hadiah luar biasa untuk hidup saya. Sebuah kelulusan yang sudah saya nantikan sejak lama. Sebuah gelar dokter gigi yang walaupun belum "official", sudah bisa saya hadiahkan untuk kedua orangtua saya. Allah memang luar biasa. Allah selalu berhasil membuat saya tersenyum atas semua kebahagiaan dariNya. Dan, ini adalah hadiah terindah di usia saya yang hampir menginjak angka dua puluh empat. Terima kasih Ya Rabb. Atas segala cinta, anugerah, berkah dan kebahagiaan yang telah Engkau berikan kepada hamba. Berikanlah kesempatan dan kekuatan kepada hamba agar dapat selalu bersyukur dan bersyukur. Aamiin.. 

The Sweetest Thing in My Life. :")