Minggu, 22 Januari 2012

Kuasa Allah

Apakah kau pernah melihat atau mendengar sebuah fenomena yang jelas-jelas menunjukkan betapa besar kuasa Allah dalam hidup kita sebagai hambaNya? Saya pernah dan beberapa akhir ini, saya semakin sering melihatnya.

Pertama, saya akan membicarakan soal kemungkinan seseorang terkena penyakit yang mematikan, seperti kanker ( maaf kalau topiknya soal kanker lagi, maklumlah, saya lagi sering bertemu dengan kasus ini :p). Seorang guru besar di kampus saya pernah menjelaskan kepada saya dan kawan-kawan tentang penyakit ini. Saat itu, kawan saya bertanya kepadanya, "Dok, sebenarnya, apakah yang menjadi penyebab terjadinya kanker?". Guru besar tersebut menjawab dengan santai, "Kanker itu tidak ada penyebab nya, karena itu semua sudah tertulis di tanganmu sejak kau lahir. Jika sejak awal, kau ditakdirkan mengidap kanker, maka apapun yang terjadi, kau akan tetap mengidap kanker. Tapi, jika kau memang tidak ditakdirkan mengidap penyakit kanker, maka kau tidak akan permah mendapatkan penyakit itu". Sejujurnya, saat itu, saya merasa jawaban beliau hanya sesuatu hal yang kurang ilmiah. Tapi, lama kelamaan, akhirnya saya menyadari bahwa yang dikatakannya adalah benar.

Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan dua orang pasien kanker di RSCM. Kondisi kedua pasien sungguh berbeda dan bertolak belakang. Pasien pertama datang dengan kondisi lemah, sulit berbicara dan ditemani oleh istrinya. Setelah menggali informasi dari sang istri, akhirnya diketahui bahwa pasien pernah memiliki kebiasaan yang memang bisa menjadi faktor pemicu untuk terkena penyakit kanker, seperti merokok 3 bungkus per hari, memakan mie instan setiap hari, dll. Para dokter pun menjadi mudah untuk mengidentifikasi faktor yang memicu terjadinya kanker pada pasien pertama tersebut. Namun, pasien kedua sangat berbeda. Beliau datang sendiri dengan kondisi yang cukup baik walaupun ada gangguan pada penglihatannya. Beliau membawa sebuah tas yang berisikan toples dengan berbagai macam obat di dalamnya dan sebuah map yang berisi semua dokumen pemeriksaan yang telah beliau lakukan. Menurut saya dan kawan-kawan, pasien ini adalah orang yang rapi. Setelah bertanya beberapa hal, diketahui bahwa pasien ini sama sekali tidak memiliki kebiasaan yang dapat menjadi faktor pemicu terjadinya kanker. Bagi kami, bahasa kasarnya adalah " pasien ini tidak memiliki dosa untuk mendapatkan penyakit kanker". Beliau tidak merokok, beliau sangat jarang mengkonsumsi mie instan, dan hal-hal lainnya. Tim dokter pun cukup bingung untuk mencari faktor yang menyebabkan terjadinya kanker pada pasien kedua ini. Sampai, pada akhirnya, seorang dokter muda mengatakan kepada saya, " Inilah yang suka membuat saya bingung, dia (pasien) tidak memiliki kebiasaan apapun yang bisa membuatnya mengidap penyakit kanker, tapi jika ini sudah menjadi kehendak Tuhan, maka inilah yang terjadi".

Hal kedua yang ingin saya ceritakan adalah sebuah kecelakaan yang baru saja terjadi di daerah Jakarta pagi tadi. Sebuah mobil menabrak 12 orang yang sedang berjalan di trotoar dan menyebabkan 9 orang di antaranya meninggal dunia dan 3 orang lainnya kritis. Sungguh menyedihkan dan menyeramkan ketika saya mendengar berita ini. Sebagai pejalan kaki, saya seringkali berpikir, selama saya berjalan di tempat yang seharusnya dan tidak melanggar, maka saya akan terhindar dari hal-hal buruk seperti kecelakaan. Berjalan di tengah jalan lalu tertabrak mobil yang sedang melintas masih mungkin dan biasa terjadi, tapi kali ini , berjalan di trotoar saja bisa tertabrak sampai meninggal. Inilah kuasa Allah.

Persoalan merokok juga sering sekali berkaitan dengan hal ini. Banyak perokok yang mengatakan "yang tidak merokok, juga bisa mati muda" atau "yang merokok sampai tua dan masih hidup dengan sehat juga banyak, jadi untuk apa saya berhenti merokok". Hal serupa juga bisa dikaitkan dengan persoalan kanker yang saya bahas sebelumnya, "Jika yang tidak merokok saja bisa terkena kanker, untuk apa saya berhenti merokok, toh sama saja". Sebenarnya bukan itulah kesimpulannya. Bagi saya, tubuh dan kesehatan yang telah diberikan oleh Allah kepada kita adalah sebuah amanah yang harus kita jaga. Oleh karena itu, kita harus mensyukuri hidup ini dengan selalu menjaga kesehatan kita.

Tidak ada yang bisa menjamin sesuatu dalam hidup kita, karena kepastian itu hanyalah milik Allah, tugas kita hanyalah berusaha dan berdoa demi kebaikan kita. Allah memiliki kuasa penuh atas diri kita. Apapun yang kita inginkan dan usahakan, jika Allah tidak meridhainya maka itu tidak akan terjadi. Hidup, mati, rezeki dan jodoh, semua bergantung kepada kehendakNya. Sebagai hambaNya, kita harus yakin bahwa apapun keputusan Allah itulah yang terbaik untuk kita. Allah knows best!!

Selasa, 03 Januari 2012

Karsinoma dan Jamkesda

Saat ini, aku sedang menjalani stase klinik Penyakit Mulut di RSCM. Disini, aku bertugas untuk membantu para dokter mengisi status pasien dengan baik dan benar. Aku tidak mengerjakan tindakan apapun kepada pasien, sama seperti saat aku bertugas di stase klinik Bedah Mulut sebelumnya, namun sekarang aku mendapatkan lebih banyak pengetahuan baru tentang dunia kesehatan di Indonesia.

Hari ini, aku bertemu dengan pasien yang memiliki penyakit KNF ( Karsinoma Naso Faring ), yaitu sejenis tumor ganas yang menyerang daerah nasofaring. Disini, aku memang sering sekali menghadapi pasien KNF. Hampir setiap hari, selalu ada pasien KNF yang datang ke poliklinik Penyakit Mulut. Sebetulnya, penanganan tumor ini bukanlah bagian dari pekerjaan kami , para dokter gigi. Biasanya pasien ini dirujuk oleh bagian THT ( Telinga Hidung Tenggorokan ) atau dari bagian Radioterapi kepada kami untuk diperiksa apakah ada sumber infeksi dari dalam mulut yang harus dihilangkan agar tidak memberikan dampak yang lebih buruk kepada pasien setelah menjalani perawatan tumornya ( radioterapi dan kemoterapi ).

Pasien yang kutemui hari ini adalah seorang lelaki berusia 60 tahun yang datang didampingi oleh anak perempuannya. Bapak ini berasal dari Parung, seorang petani yang menggarap ladangnya sendiri. Ternyata, anak Bapak ini juga mengalami keluhan yang sama, yaitu benjolan di bagian lehernya. Namun, anaknya ini belum sempat memeriksakan diri kepada dokter. Satu hal yang sangat aku ingat dari penyakit KNF ini. Hampir setiap pasien KNF selalu mengakui bahwa dirinya adalah seorang perokok berat dan pengonsumsi mi instan. Dua hal ini memang telah menjadi faktor yang memicu timbulnya tumor ganas ini. Bapak ini pun termasuk dari pasien KNF yang merokok dan mengonsumsi mi instan dengan rutin dulunya. Bahkan, bapak ini juga sering makan ikan asin dan terasi juga vetsin. Itupun menjadi faktor pemicu dari penyakit ini.

Setelah pemeriksaan selesai dilakukan, akhirnya diputuskan bahwa Bapak ini harus menjalani beberapa perawatan gigi sebelum menjalani perawatan radioterapi. Dokter mulai menanyakan jenis jaminan apa yang digunakan si Bapak. Ternyata Bapak yang seorang petani ini tidak menggunakan jaminan apapun untuk berobat di RSCM. Dokter menjelaskan bahwa perawatannya membutuhkan biaya yang cukup besar karena akan berkali-kali dilakukan. Dokter pun menyarankan Bapak ini untuk segera mengurus jaminan yang bisa digunakan, misalnya Askes atau Jamkesda ( Jaminan Kesehatan Daerah ). Ternyata Bapak ini sudah pernah menggunakan Jamkesda saat berobat di RS.Fatmawati, namun kata beliau, jamkesda tersebut tidak bisa digunakan di RSCM. Beliau menceritakan kepada kami bahwa beliau sudah sempat bolak-balik ke Dinkes untuk mengurus Jamkesda itu namun hasilnya nihil karena mereka tidak percaya bahwa Bapak memiliki penyakit tumor. (KNF itu terlihat seperti benjolan di leher).

Saat aku mendengar cerita Bapak, rasa ibaku muncul. Akhirnya, dokter pun menjelaskan kepada Bapak agar beliau meminta surat keterangan dari bagian radioterapi untuk dibawa ke Dinkes sehingga jamkesda dapat digunakan. Bapak terlihat bingung mendengar penjelasan dokter dan Bapak berkali-kali mengatakan bahwa beliau sudah berusaha untuk mendapatkan jamkesda tersebut namun tidak berhasil. Setelah itu, dokter mengatakan bahwa perawatan gigi yang harus dilakukan itu juga membutuhkan biaya dan dokter sempat menawarkan kepada Bapak, apakah untuk perawatan gigi masih bisa dengan uang sendiri, sambil mengurus jamkesda untuk perawatan tumornya? Bapak menjawab

"Sebetulnya saya maunya begitu dok, tapi sekarang uang saya tinggal ada untuk ongkos aja. Saya tadi abis kecopetan di Bus Patas".

Ya Allah, sedih sekali mendengarnya. Saat itu, rasanya aku ingin marah dengan pencopet di Bis itu. Tapi, aku sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa, kecuali berdoa agar jamkesda dapat segera digunakan oleh bapak itu di RSCM. Aamiin..